PARIS, KOMPAS.com - Penyelidikan pembunuhan guru di Perancis yang menunjukkan kartun Nabi Muhammad, dilakukan hingga ke Suriah karena pembunuh melakukan kontak ke sana sebelum beraksi.
Dalam perkembangan penyelidikan sejauh ini, sudah ada 7 orang yang dituduh terlibat dalam "pembunuhan teroris" yang dilakukan oleh seorang Chechen, Abdullakh Anzorov, terhadap Samuel Paty pada Jumat (16/10/2020).
Tujuh orang tersangka itu termasuk 2 murid yang memberikan identifikasi tentang Paty kepada Anzorov, dengan imbalan sejumlah uang hingga Rp 6 juta.
Perancis memberi penghormatan kepada Paty pada Rabu (21/10/2020), karena mewakili nilai-nilai sekuler dan demokratis di Republik Perancis.
Pada kesempatan itu, Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa guru sejarah dan geografi itu telah dibunuh oleh "pengecut".
Dalam penyelidikan untuk mencari kaki tangan pembunuh, penyelidik anti-teror sekarang telah menetapkan bahwa Anzorov memiliki kontak dengan seorang milisi berbahasa Rusia di Suriah yang identitasnya belum diketahui, menurut sumber yang mengetahui kasus mengatakan kepada AFP.
Ditelusuri ke Idlib
Surat kabar Le Parisien melaporkan pada Kamis (22/10/2020) bahwa kontak yang dicurigai terhubung dengan Anzorov telah ditemukan melalui alamat IP yang dilacak kembali ke Idlib, sebuah serangan milisi di Suriah barat laut.
Melansir AFP, dalam pesan audio berbahasa Rusia segera setelah pembunuhan terjadi, Anzorov mengatakan bahwa dia telah "membalas dendam kepada Nabi" yang ditunjukkan oleh gurunya "dengan cara yang menghina".
Dalam rekaman yang berisi beberapa referensi Alquran serta kelompok Negara Islam itu, dia juga mengatakan, "Saudara-saudara, doakanlah agar Allah menerima saya sebagai syuhada".
Pesan itu dipublikasikan di media sosial dalam sebuah video, disertai dengan 2 tweet. Satu menunjukkan kepala korban yang terpenggal dan satu lagi menunjukkan Anzorov mengaku melakukan pembunuhan.
Beberapa saat kemudian dia ditembak mati oleh polisi.
Anzorov memenggal kepala Paty dengan pisau panjang.
Banyak siswa Paty melihat gambar tersebut secara online sebelum dihapus peredarannya.
Para remaja yang memberikan identifikasi soal Paty kepada pembunuhnya dengan imbalan uang pada Rabu malam didakwa atas pembunuhan itu.
Orang tua salah satu murid Paty, yang memulai kampanye media sosial melawan guru tersebut, meskipun putrinya tidak ada di kelas saat kartun ditayangkan, juga didakwa.
Pengecut
Orang lainnya yang juga didakwa adalah seorang radikal Islamis terkenal yang membantu ayah murid membangkitkan kemarahan terhadap Paty.
Tiga orang lainnya yang menghadapi tuntutan adalah teman Anzorov, salah satunya diduga mengantarnya ke TKP. Sementara yang lain menemaninya untuk membeli senjata.
Dua dari mereka juga menghadapi tuduhan terlibat dalam pembunuhan teroris, sementara yang ketiga didakwa dengan pelanggaran yang lebih ringan, kata kantor kejaksaan anti-teroris.
Paty, laki-laki berusia 47 tahun, menjadi sasaran kampanye kebencian online atas pilihan materi pelajarannya, yaitu kartun Nabi Muhammad, yang telah memicu serangan berdarah oleh pria bersenjata Islam di kantor majalah satir Charlie Hebdo pada Januari 2015.
Polisi telah melakukan puluhan penggerebekan sejak kejahatan itu terjadi, sementara pemerintah telah memerintahkan penutupan 6 bulan sebuah masjid di luar Paris dan membubarkan Kolektif Sheikh Yassin, sebuah kelompok yang mereka katakan mendukung Hamas.
Pemerintah Perancis telah membubarkan lebih dari 50 organisasi lain yang dituduh memiliki hubungan dengan Islam radikal.
Pemenggalan kepala Paty adalah serangan dengan pisau kedua atas nama pembalasan untuk Nabi Muhammad sejak persidangan tersangka kaki tangan dalam serangan Charlie Hebdo yang dimulai pada September.
Pembunuhan Paty telah memicu luapan emosi di Perancis, dengan puluhan ribu orang berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa di seluruh negeri untuk membela kebebasan berbicara.
"Kami tidak akan menyerah terhadap (kasus melibatkan) kartun (Nabi Muhammad)," sumpah Macron dalam upacara pada Rabu untuk menghormati Paty di universitas Sorbonne di Paris.
/global/read/2020/10/22/200321370/pemenggal-kepala-guru-di-perancis-memiliki-kontak-dengan-milisi-di-suriah