WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Foto yang memperlihatkan presiden ke-16 AS, Abraham Lincoln, terbaring di ranjang setelah dibubuh disebut 99 persen asli.
Klaim itu tertuang dalam tayangan Discovery Channel The Lost Lincoln, di mana pakar forensik menghabiskan dua tahun memelajari bukti itu.
Foto yang menunjukkan jenazah Lincoln terbaring beberapa jam setelah dibunuh menjadi perdebatan, di mana ada yang menyebut bukti itu palsu.
Baca juga: Rambut Abraham Lincoln Terjual, Harganya Hampir Setara 1 Alphard
Abraham Lincoln tewas pada 14 April 1865 oleh John Wilkes Booth, eeorang aktor yang juga mata-mata bagi pemerintah Konfederasi.
Presiden ke-16 AS itu awalnya tengah menonton drama bersama istrinya, Mary Todd, di Teater Ford Washington DC, saat ditembak Booth di kepala.
Dia kemudian dibawa ke sebuah asrama yang berlokasi di pinggir jalan, di mana tim dokter berjuang semalaman untuk menyelamatkan nyawanya.
Tetapi, dia dinyatakan tewas pada 14 April dini hari waktu setempat, setelah sempat koma selama delapan jam karena luka tembakan.
Dalam program Discovery Channel, muncul sebuah kotak yang ketika dibuka memperlihatkan sebuah foto yang diyakini adalah sang presiden.
Dalam foto tersebut, nampak seorang pria dengan wajah sempit dan berjanggut menatap kosong ke kejauhan, di mana dia diduga sudah meninggal.
Baca juga: Rambut Mendiang Abraham Lincoln Dilelang, Penawaran Minimum Rp 140 Juta
Dilansir The Sun Minggu (4/10/2020), gambar tersebut juga menunjukkan mata kanan si pria nampak menonjol yang bisa jadi karena luka.
Penyidik Whitny Braun mengatakan, dia menghabiskan dua tahun untuk meneliti bahwa foto itu memang benar-benar sang mendiang presiden.
"Di dunia otentifikasi, menemukan foto ini seperti Cawan Suci. Saya yakin 99 persen lelaki dalam foto itu adalah Lincoln," kata dia,
Berdasarkan keterangannya dan produser dokumenter Archie Grips, semua poin-poin logis mengara bahwa keaslian foto Abraham Lincoln.
Tetapi, pihak yang kontra menyanggah klaim itu. Salah satunya Harold Holzer, penulis buku The Lincoln Image: Abraham Lincoln and the Popular Print.
Baca juga:
"Saya sudah cukup banyak melihat dan mengetahui bahwa ini adalah histeria lain, yang jelas menunjukkan gambar itu bukan Lincoln," ujar Holzer.