KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Dalam sepekan terakhir, Malaysia dibombardir dengan meningkatnya jumlah kasus positif Covid-19, sementara jumlah kematian yang mencengangkan per hari.
Angka korban Covid-19 melonjak jika dibandingkan catatan “Negeri Jiran” selama satu tahun lebih pandemi.
Baca juga: Pengakuan Nakes Malaysia di Tengah Lonjakan Covid-19: Ini Akan Menjadi Semakin Buruk
Kementerian Kesehatan Malaysia (KKM) secara proaktif berupaya mengingatkan masyarakat untuk tetap tinggal di rumah dan mematuhi SOP (prokes).
Masalahnya, rumah sakit di negara tetangga Indonesia itu semakin terbebani oleh banyaknya kasus.
Pada 16 Mei, Kementerian Kesehatan Malaysia membagikan beberapa unggahan perihal kematian korban Covid-19.
Unggahan pertama memberikan gambaran sekilas bagaimana petugas di Departemen Kedokteran Forensik Rumah Sakit Sungai Buloh melakukan tes Covid-19 pada jenazah yang “dibawa setelah meninggal dunia” (Brought In Dead - BID).
Kementerian kemudian membuat indikasi mengkhawatirkan, bahwa mereka mengamati peningkatan kasus BID di Lembah Klang belakangan ini.
Dalam unggahan kedua, kementerian mengatakan bahwa Departemen Kedokteran Forensik RS Sungai Buloh terpaksa menyiapkan kontainer khusus untuk menampung jenazah pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19.
Peninjauan ke dalam kontainer jenazah menunjukkan bahwa kotak itu mampu menampung minimal 16 jenazah.
Baca juga: Malaysia Kembali Catatkan Rekor Kematian Harian Covid-19
Dijelaskan pula bahwa lebih dari 80 persen kematian Covid-19 Malaysia berasal dari orang tua, dan mereka yang memiliki setidaknya satu penyakit kronis atau komorbiditas.
“Sebagian besar yang meninggal terinfeksi oleh anggota keluarga dekat mereka,” tulis unggahan itu.
Kementerian menyarankan mereka yang tinggal dengan orang-orang berisiko tinggi, untuk mengambil tindakan pencegahan ekstra.
Tindakan ini penting sebagai langkah untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai.
Lonjakan kasus di Malaysia juga membuat organisasi ‘Masyarakat Bantuan Medis Malaysia’ () mengeluarkan panggilan mendesak bagi sukarelawan, untuk membantu membantu wabah Covid-19 saat ini.
“Lowongan” itu terbuka untuk siapa saja, dengan atau tanpa keahlian medis.