优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Matinya Satelit Bisa Memengaruhi Cahaya yang Diserap Bumi, Kok Bisa?

KOMPAS.com - Bahan kimia yang dilepaskan saat satelit terbakar di atmosfer dapat merusak lapisan ozon pelindung Bumi. Hal ini akan memengaruhi cahaya yang diserap Bumi.

Para ilmuwan mengungkap hal ini di saat sejumlah pihak berencana membangun megakonstelasi dari puluhan ribu satelit, seperti Starlink milik SpaceX.

Para peneliti juga mengingatkan bahwa dampak dari bahan kimia satelit terhadap atmosfer dapat menyebabkan eksperimen geoengineering yang tidak terkendali, yang konsekuensinya tidak diketahui.

Selama bertahun-tahun, komunitas antariksa puas dengan fakta bahwa jumlah material yang terbakar di atmosfer sebagai akibat dari pertemuan Bumi dengan meteoroid jauh melebihi massa satelit mati yang mengalami nasib yang sama. Bahkan munculnya megakonstelasi satelit diyakini tidak akan mengubah itu.

Namun menurut penelitian terbaru yang dilakukan Aaron Boley, seorang profesor astronomi dan astrofisika di University of British Columbia, Kanada, komposisi kimia dari asteroid alami berbeda dengan satelit buatan.

"Ada sekitar 54-60 ton material meteoroid yang masuk (atmosfer Bumi) setiap hari," kata Boley, salah satu penulis makalah yang diterbitkan 20 Mei di jurnal Scientific Reports, mengatakan kepada Space.com.

"Sementara (konstelasi satelit) Starlink generasi pertama (yang mati) membuat sekitar 2,2 ton materialnya memasuki atmosfer bumi setiap hari," imbuh dia.

Komposisi meteoroid sebagian besar terdiri dari batu, yang terbuat dari oksigen, magnesium, dan silikon.

Sedangkan satelit sebagian besar terbuat dari aluminium.

"Di mana kandungan aluminium dalam meteoroid sangat kecil, sekitar 1 persen."

Masalah geoengineering yang tak terkendali

Dilansir Space.com, Senin (7/6/2021), para ilmuwan menyadari bahwa megakonstelasi satelit berpotensi mengubah kimia atmosfer bagian atas dibandingkan dengan keadaan alaminya.

Selain itu, pembakaran aluminium menghasilkan aluminium oksida - juga dikenal sebagai alumina - yang dapat memicu efek samping lebih lanjut yang belum diselidiki.

"Alumina memantulkan cahaya pada panjang gelombang tertentu dan jika Anda membuang cukup alumina ke atmosfer, Anda akan menciptakan hamburan dan akhirnya mengubah albedo planet ini," kata Boley.

Albedo adalah ukuran jumlah cahaya yang dipantulkan oleh suatu material.

Faktanya, meningkatkan albedo Bumi dengan memompa jenis bahan kimia tertentu ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi telah diusulkan sebagai solusi geoengineering yang mungkin dapat memperlambat pemanasan global.

Namun, kata Boley, komunitas ilmiah telah menolak eksperimen semacam itu karena tidak diketahui kemungkinan efek sampingnya.

"Kami tidak tahu apa ambang batasnya, dan bagaimana itu akan mengubah atmosfer atas," kata Boley.

Lubang ozon 2.0

Aluminium dari satelit yang masuk kembali ke atmosfer juga berpotensi merusak lapisan ozon, masalah yang diketahui umat manusia.

Masalah ini diselesaikan dengan larangan penggunaan klorofluorokarbon, bahan kimia yang digunakan di masa lalu dalam semprotan aerosol dan lemari es.

Dalam makalah mereka, Boley dan rekannya Michael Byers, mengutip penelitian dari Aerospace Corporation, sebuah organisasi penelitian nirlaba AS, yang mengidentifikasi kerusakan pada lapisan ozon planet akibat lewatnya roket yang mencemari atmosfer.

"Kita tahu bahwa alumina menguras ozon hanya dari peluncuran roket itu sendiri. (Ini) karena banyak roket berbahan bakar padat menggunakan, atau memiliki, alumina sebagai produk sampingan," kata Boley.

"Itu menciptakan lubang sementara kecil di lapisan ozon stratosfer. Itu salah satu kekhawatiran terbesar tentang perubahan komposisi atmosfer yang dapat disebabkan oleh penerbangan luar angkasa."

Lapisan ozon melindungi kehidupan di Bumi dari radiasi UV yang berbahaya.

Penipisan ozon di stratosfer, lapisan atmosfer terendah kedua yang membentang antara ketinggian sekitar 7 hingga 40 mil (10 hingga 60 kilometer), menyebabkan peningkatan risiko kanker dan kerusakan mata bagi manusia di Bumi.

Gerhard Drolshagen, dari University of Oldenburg, Jerman, yang telah menerbitkan makalah tentang efek material meteoroid di Bumi, mengatakan kepada Space.com bahwa satelit yang masuk kembali biasanya menguap pada ketinggian antara 55 dan 30 mil (90 dan 50 km), tepat di atas permukaan stratosfer yang kaya ozon.

Namun, lanjutnya, partikel hasil pembakaran satelit pada akhirnya akan tenggelam ke lapisan bawah.

Boley mengatakan bahwa ketika alumina tenggelam ke stratosfer, itu akan menyebabkan reaksi kimia, yang berdasarkan pengetahuan yang ada, kemungkinan akan memicu perusakan ozon.

"Saya setuju bahwa karena satelit sebagian besar terbuat dari aluminium, jumlah aluminium yang disimpan di atmosfer pasti akan meningkat," kata Drolshagen, yang tidak terlibat dalam studi baru-baru ini,

Kekhawatiran tentang efek aluminium oksida di atmosfer telah dikutip oleh operator telekomunikasi AS Viasat dalam permintaannya kepada Komisi Komunikasi Federal AS untuk menangguhkan peluncuran megakonstelasi Starlink SpaceX sampai tinjauan lingkungan yang tepat dari kemungkinan dampaknya dilakukan.

/sains/read/2021/06/08/190200723/matinya-satelit-bisa-memengaruhi-cahaya-yang-diserap-bumi-kok-bisa

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke