KOMPAS.com- Sejarah gempa bumi dahsyat, tercatat pernah menghantam Sumatera pada Februari 1861 silam. Gempa ini disebut menjadi gempa bumi terlama selama 32 tahun.
Gempa bumi tersebut memicu tsunami yang memporak-porandakan kawasan pantai barat sepanjang 500 km, dan diperkirakan telah menyebabkan ribuan orang meninggal dunia.
Para pakar meyakini bahwa gempa berkekuatan M 8,5 itu bukanlah peristiwa alam tunggal. Gempa ini disebut merupakan gempa bumi paling lama yang pernah diketahui manusia.
Dikutip dari BBC Indonesia, Jumat (4/6/2021), gempa yang terjadi tahun 1861 itu disebut gempa bumi terlama, sebab terjadi di bawah permukaan yang berlangsung selama 32 tahun.
Fenomena alam ini kemudian dikenal sebagai slow-slip. Kejadian alam seperti ini bisa berlangsung dalam hitungan hari, bulan atau tahun.
Baca juga: BMKG Ungkap Sejarah Gempa di Sulbar, Gempa Majene Sebelumnya Pernah Terjadi
Kendati demikian dalam catatan sejarah gempa bumi para ahli, tak ada yang terjadi selama 32 tahun, seperti yang terjadi di Sumatera pada abad ke-19.
Hal itu disampaikan tim pakar di Nanyang Technological University's Earth Observatory of Singapore, dalam kajian gempa bumi terlama yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Geoscience.
Seperti diungkapkan di Scientific American, diharapkan studi ini dapat membantu ilmuwan saat ini untuk mewaspadai gempa berbahaya dengan lebih efektif, seperti gempa bumi yang mengguncang permukaan bumi, gempa tipe slow-slip itu terjadi ketika dua segmen kerak bumi bergerak satu sama lain.
Baca juga: Ilmuwan Ungkap Sejarah Gempa Terbesar di Mediterania
Beberapa patahan yang terkait dengan gempa slow-slip itu kini dipantau dengan berbagai instrumen seismik teknologi GPS.
Namun demikian, melacak pergerakan gempa pada beberapa patahan tertentu, terutama sebelum tahun 1990-an, ketika GPS belum tersedia secara luas, sangatlah sulit.
Belakangan ini, beberapa gempa slow-slip yang dipelajari para ilmuwan berlangsung selama berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu, dan hanya sedikit yang sampai beberapa tahun.
"Keberadaan gempa slow-slip selama puluhan tahun tersebut, mengungkapkan bahwa zona subduksi ternyata lebih beragam dari yang diperkirakan," kata Kevin Furlong, ilmuwan geo saintifik dari Universitas Pennsylvania State.
Furlong sendiri adalah ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian gempa bumi terlama dalam sejarah gempa Sumatera itu, seperti dikutip oleh Scientific American.
Baca juga: Gempa Hari Ini: M 5,0 Guncang Siberut Pantai Barat Sumatera Tak Potensi Tsunami