KOMPAS.com - Di alam liar, strategi bertahan hidup seringkali melahirkan keunikan yang luar biasa. Salah satu contohnya adalah ulat dari genus Hyposmocoma yang baru ditemukan di Hawai?i. Dijuluki bone collector caterpillar, makhluk mungil ini menggunakan bagian tubuh serangga mati sebagai kamuflase, seolah-olah mengenakan mantel horor sepanjang hidupnya.
Ulat ini, seukuran pil kecil, membawa serta tumpukan bagian tubuh seperti kepala semut, kaki lalat, sayap serangga, kepala kumbang, hingga kaki laba-laba. Semua itu menempel pada kantong sutranya, yang disebut Daniel Rubinoff, entomolog dari University of Hawai?i di M?noa, sebagai "tubuh putih yang lembek dan generik."
Ia menambahkan dengan nada bercanda, "Ini menjijikkan pada satu sisi, tetapi juga cukup menggemaskan. Mereka berkeliling seperti berkata, ‘Oh, ini lezat, aku makan sebagian dan sisanya aku pakai di punggung.’”
Penelitian tentang perilaku unik ini dipublikasikan pada 24 April di jurnal Science. Meskipun spesies ini belum diberi nama ilmiah resmi, ia termasuk dalam genus Hyposmocoma, kelompok ngengat yang dikenal membuat rumah dari sutra dan biasanya menghiasinya dengan batu, diatom, atau lumut. Namun, belum ada Hyposmocoma lain yang diketahui menggunakan potongan tubuh serangga sebagai dekorasi.
Baca juga: Ulat Deteksi Predator Lewat Listrik yang Diipancarkannya
Dalam dunia kupu-kupu dan ngengat, hampir seluruh ulat (99,9 persen) adalah herbivora, memakan tanaman atau jamur. Bone collector ini menjadi pengecualian langka: ia adalah karnivora yang berburu serangga lemah atau baru mati di dalam kayu lapuk, lubang pohon, hingga celah-celah batu. Ulat ini bahkan mampu mengunyah sutra untuk mencapai mangsanya.
Setelah makan, ulat tersebut tidak membuang sisa bangkai begitu saja. Ia dengan cermat memilih bagian tubuh untuk ditempelkan pada kantong sutranya menggunakan benang yang diproduksinya. Rubinoff menjelaskan, “Mereka memeriksa potongan tubuh dengan rahang mereka, memutarnya, dan mengunyah bagian yang terlalu besar hingga pas.” Proses ini digambarkan Rubinoff sebagai sangat menyerupai perilaku seorang pembunuh berantai atau "serial killer."
Baca juga: Mirip Wig Rambut Palsu, Inilah Ulat Paling Beracun Seantero Amerika
Salah satu tujuan dari “kostum mayat hidup” ini adalah untuk mengelabui predator, terutama laba-laba. Ulat bone collector tidak mampu melarikan diri dari laba-laba. Namun dengan memakai potongan tubuh serangga dan kulit laba-laba yang terkelupas, mereka mungkin mengeluarkan aroma yang akrab bagi laba-laba, seperti bau makanan lama. Hal ini membuat ulat tersebut lebih sulit dikenali sebagai mangsa segar.
Rubinoff menduga bahwa evolusi bone collector sangat erat terkait dengan laba-laba, baik sebagai sumber makanan maupun sebagai lingkungan hidup. Ia menyatakan, "Tidak ada hal lain di Hawai?i yang melakukan ini."
Baca juga:
Bone collector hanya ditemukan di satu daerah kecil seluas 15 kilometer persegi di Pulau O?ahu. Naomi Pierce, ahli biologi evolusi dari Harvard University yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengungkapkan keprihatinannya: “Fakta bahwa mereka hanya ditemukan di satu lokasi kecil di satu pulau sangat menyedihkan.”
Studi filogenetik menunjukkan bahwa spesies ini berevolusi sekitar enam juta tahun lalu, jauh sebelum Pulau O?ahu terbentuk tiga juta tahun lalu. Artinya, nenek moyang bone collector kemungkinan bermigrasi dari pulau Hawai?i lainnya yang lebih tua.
Tidak adanya kerabat dekat bone collector di pulau lain memperkuat dugaan bahwa spesies terkait mereka telah punah, mungkin akibat kedatangan manusia dan spesies invasif seperti semut, yang merupakan ancaman serius bagi banyak serangga endemik Hawai?i. Rubinoff menyatakan, “Saya yakin sebelum kontak dengan manusia, garis keturunan ini tersebar luas.”
Sayangnya, sekitar 40 persen kupu-kupu dan ngengat asli Hawai?i kini diperkirakan telah punah atau mendekati kepunahan. Kehidupan bone collector yang bergantung pada jaring laba-laba invasif mungkin memberinya sedikit keunggulan, namun itu tidak cukup untuk menjamin kelangsungan hidupnya.
Baca juga:
Hawai?i dikenal sebagai "laboratorium evolusi" karena isolasinya yang memungkinkan spesies-spesies aneh dan unik berevolusi. Akito Kawahara, ahli lepidopterologi dari University of Florida, mengomentari penemuan ini: “Ini membuat kita bertanya-tanya apa lagi yang ada di luar sana yang belum pernah kita lihat.”
Bone collector, yang saat dewasa berubah menjadi ngengat cantik dengan pinggiran sayap putih berkilau, membuktikan bahwa tahap kehidupan seekor ulat bisa sama menariknya dengan metamorfosisnya menjadi kupu-kupu atau ngengat dewasa. Seperti yang dikatakan Kawahara, “Kita sering lupa tentang ulat dan apa yang mereka lakukan. Ini menunjukkan betapa beragamnya mereka.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.