KOMPAS.com - Mulai 7 Mei nanti, jutaan pasang mata akan tertuju ke sebuah cerobong kecil di Kota Vatikan. Bukan karena bencana atau perayaan besar, melainkan karena momen langka pemilihan Paus baru oleh para kardinal Katolik yang berlangsung dalam Kapel Sistina.
Sebuah tradisi yang telah berjalan sejak awal abad ke-20, memperlihatkan asap hitam dan asap putih sebagai penanda penting dalam proses ini. Tapi, apa sebenarnya yang membuat asap menjadi hitam atau putih?
Dalam tradisi Katolik, asap hitam yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina menandakan bahwa belum ada Paus baru yang terpilih. Sedangkan, asap putih menandakan berita gembira: seorang Paus baru telah ditetapkan. Meski terlihat sederhana, warna asap ini bukan sekadar simbol—ia juga merupakan hasil reaksi kimia yang rumit dan terkontrol.
Pada Konklaf tahun 2013 yang menghasilkan Paus Fransiskus, asap hitam dihasilkan dari campuran kalium perklorat, antrasena (zat dalam tar batu bara), dan belerang. Sedangkan untuk menghasilkan asap putih, digunakan campuran kalium klorat, laktosa, dan resin kloroform. Kombinasi ini membuat perbedaan warna asap jauh lebih jelas dibanding konklaf-konklaf sebelumnya.
Baca juga: Sejarah Kapel Sistina, Tempat Konklaf untuk Memilih Paus Baru
Selain dalam konteks religius, warna asap juga sangat penting dalam dunia pemadam kebakaran. Menurut Glenn Corbett, seorang insinyur perlindungan kebakaran dan profesor di John Jay College of Criminal Justice, “Ketika membaca asap, warna itu penting. Ia memberi tahu kita apa yang sedang terbakar.”
Asap hitam biasanya menandakan pembakaran bahan bakar berat seperti oli, plastik, atau bahan sintetis lainnya. Jenis asap ini biasanya pekat, beracun, dan keluar dengan kecepatan tinggi dari sumber api. “Jika Anda melihat asap hitam pekat, hampir bisa dipastikan ada banyak karbon yang terbakar. Itu juga pertanda kalau api sangat panas dan menyebar cepat,” ujar Corbett.
Sebaliknya, asap putih umumnya muncul saat kebakaran masih baru dimulai atau menjelang padam. Ia menandakan adanya uap air atau gas yang tidak terlalu pekat. Corbett menjelaskan bahwa keberadaan oksidator—senyawa yang mempercepat pembakaran—menjadi kunci dalam menghasilkan asap putih. “Oksigen mempercepat proses pembakaran secara eksponensial. Itulah mengapa api menjadi lebih bersih dan asapnya lebih terang,” tambahnya.
Baca juga:
Bagi pemadam kebakaran, kemampuan membaca asap adalah keahlian vital. Asap yang “marah”—istilah teknis yang menggambarkan asap tebal, bergerak cepat, dan penuh tekanan—bisa menjadi tanda awal flashover, yaitu momen berbahaya ketika seluruh ruangan bisa terbakar dalam sekejap karena panas ekstrem.
“Kami menggunakan warna, kecepatan, dan karakter asap untuk menilai apa yang akan kami hadapi di lapangan,” kata Corbett. Ini memungkinkan pemimpin tim untuk mengambil keputusan kapan dan di mana mengirim petugas dengan aman.
Lebih lanjut, Corbett menambahkan, “Kami juga memperhatikan warna asap untuk melihat apakah api sudah mulai terkendali. Jadi dalam konteks konklaf pun, kita sebenarnya sedang 'membaca asap', hanya dengan tujuan yang berbeda.”
Bagi yang ingin menyaksikan momen bersejarah dari Vatikan, waktu terbaik untuk melihat asap adalah sekitar pukul 19.00 waktu setempat pada 7 Mei. Di hari-hari berikutnya, peluang untuk melihat asap muncul pada pukul 10.30, 12.00, 17.30, dan sesudah pukul 19.00.
Namun, sebagaimana ditulis Cindy Wooden dari Catholic News Service, “Memperkirakan kapan asap akan muncul bukanlah ilmu pasti. Waktu yang dibutuhkan untuk berdoa, berdiskusi, dan menghitung suara bisa sangat bervariasi.”
Dengan begitu, baik dalam konteks keagamaan maupun kebakaran, asap bukanlah sekadar kepulan uap yang lewat di udara. Ia adalah bahasa yang bisa dibaca oleh mereka yang tahu cara menafsirkannya.
Baca juga: Apa Saja Tahapan dalam Proses Konklaf?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.