Bahkan, pada tanggal 20 Maret 2025, gempa letusan yang terdengar hingga Maumere dan Larantuka menandakan adanya pergerakan magma yang signifikan di bawah permukaan gunung.
Suhu udara di sekitar gunung tercatat antara 22 hingga 30,2°C, dan terjadi hujan serta hembusan angin lemah.
Dengan kondisi seperti ini, status Lewotobi Laki-laki saat ini berada dalam level AWAS, yang berarti bahwa masyarakat sekitar serta pengunjung tidak diperbolehkan melakukan aktivitas dalam radius 7 km dan 8 km sektoral barat daya dan timur laut dari pusat erupsi.
Aktivitas gempa yang terekam, termasuk gempa harmonik dan gempa vulkanik dangkal, menunjukkan bahwa suplai magma ke permukaan masih terus berlangsung.
Baca juga: Magma: Pengertian, Proses Terbentuk, dan Perjalanannya ke Permukaan
Selain keindahan alamnya, Gunung Lewotobi juga memiliki hubungan yang erat dengan budaya dan kearifan lokal masyarakat sekitar.
Di Desa Nawokote, yang terletak di lereng utara Lewotobi Laki-laki, masyarakat memiliki cara-cara tradisional dalam mengantisipasi dan menghadapi potensi bencana erupsi.
Menurut Yasinta Gekeng Mare, dkk dalam Mitigasi bencana Gunung Api Lewotobi Laki-laki Berbasis Kearifan Lokal Masyarakat Desa Nawokote di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (2021), masyarakat Desa Nawokote mengandalkan tanda-tanda alam sebagai petunjuk akan terjadinya letusan gunung.
Semiotika faunal adalah salah satu tanda yang digunakan oleh masyarakat untuk memprediksi erupsi.
Misalnya, hewan-hewan seperti kera, ular, dan bahkan kucing bertanduk putih yang mendekati pemukiman warga sering dianggap sebagai tanda bahwa letusan akan segera terjadi.
Selain itu, perubahan pada tanaman pertanian yang mati karena kering atau diserang hama juga menjadi salah satu petunjuk yang memperingatkan masyarakat.
Selain itu, ada juga semiotika fisikal yang mengacu pada perubahan cuaca dan kondisi alam, seperti suhu udara yang lebih panas atau terdengar suara gemuruh dari arah gunung.
Masyarakat juga memperhatikan semiotika kultural, di mana mereka melakukan ritual adat Tuba Ile untuk menjaga hubungan baik dengan Gunung Lewotobi, baik Lewotobi Laki-laki maupun Lewotobi Perempuan.
Ritual ini bertujuan untuk menghormati gunung sebagai tempat tinggal leluhur mereka yang sudah meninggal dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Baca juga: Kearifan Lokal: Pengertian, Ciri-ciri, dan Fungsinya
Gunung Lewotobi adalah salah satu gunung api yang menakjubkan di Flores, dengan dua puncaknya yang berfungsi sebagai landmark alam yang luar biasa.
Bagi siapa pun yang ingin mengunjungi Gunung Lewotobi, baik untuk mendaki, menikmati pemandangan, atau belajar tentang kearifan lokal, penting untuk selalu memperhatikan keselamatan dan mengikuti informasi terbaru mengenai status vulkanik gunung ini.
Dengan begitu, kita bisa menghargai keindahan alam yang luar biasa ini sekaligus menjaga keselamatan diri dan orang lain.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.