Kongres Pemuda I dilaksanakan pada tanggal 30 April hingga 2 Mei 1926 di Kawasan Lapangan Banteng, Jakarta.
Dalam kongres ini, dibahas beberapa persoalan, mulai dari pembentukan badan pusat, gagasan persatuan, peran wanita, peran agama, serta peran bahasa untuk mencapai Indonesia merdeka.
Latar belakang dan tujuan
Pada 1908, lahir organisasi pergerakan nasional pertama bernama Budi Utomo.
Sejak Budi Utomo berdiri, berbagai organisasi pemuda lain juga bermunculan yang bersifat kedaerahan, seperti Tri Koro Dharmo atau Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon, dan banyak lainnya.
Seiring berjalannya waktu, lahir pula organisasi yang lebih luas lagi, seperti Perhimpunan Indonesia, yang kemudian menjadi organisasi politik.
Dari banyaknya organisasi pemuda yang muncul, maka banyak juga pemikiran atau gagasan yang berbeda-beda, meskipun memiliki satu tujuan yang sama yakni mencapai cita-cita bangsa.
Salah satu upaya untuk memperoleh kesatuan pendapat tersebut maka perlu dilakukan sebuah pertemuan besar yang kemudian disebut Kongres Pemuda I.
Kongres Pemuda I bertujuan untuk membangkitkan semangat kerja sama antarorganisasi pemuda.
Panitia Kongres Pemuda I
Kongres Pemuda I diselenggarakan pada tanggal 30 April sampai 2 Mei 1926 di jakarta, dipimpin oleh Mohammad Tabrani, sementara Soemarmo ditetapkan sebagai wakilnya.
Sedangkan posisi sekretaris diisi oleh Djamaluddin Adinegoro dan Soewarso ditunjuk sebagai bendahara.
Selain itu, ada pula anggota Kongres Pemuda I yang terdiri dari Bahder Djohan, Jan Toule Soulehwij, Paul Pinontoan, Achmad Hamami, Sanusi Pane, dan Sarbani.
Jalannya Kongres Pemuda I
Hari pertama
Kongres Pemuda I dimulai pada tanggal 30 April 1926 di Gedung Vrijmetselaarsloge (sekarang Gedung Bappenas), pada pukul 20.00.
Kongres hari pertama dibuka dengan pidato dari Ketua Kongres, Mohammad Tabrani, yang mengungkapkan bahwa ada banyak cara untuk bisa membebaskan diri dari penjajah.
Oleh sebab itu, Tabrani meminta kepada seluruh peserta kongres yang hadir untuk menjadi tonggak kekuatan bagi kemerdekaan Indonesia.
Mengenai kongres, Tabrani juga menyampaikan bahwa tujuan kongres yaitu untuk membangkitkan semangat kerja sama antarperhimpunan Indonesia.
Setelah kongres dibuka, para wakil dari setiap perkumpulan dipersilakan untuk menyampaikan pesan-pesan mereka. Kongres hari pertama berakhir pukul 00:15.
Hari kedua
Pada hari kedua, 1 Mei 1926, kongres kembali dibuka pukul 20.00. Topik utama yang dibahas adalah tentang kedudukan wanita, yang dilakukan oleh tiga pembicara, yaitu Bahder Djohan, Stientje Ticoalu-Adam, dan Djaksodipoera.
Pada kongres hari kedua, Tabrani memasukkan pembahasan mengenai perempuan karena menurutnya perjuangan untuk mencapai kemerdekaan tidak hanya dilakukan oleh laki-laki saja.
Bahder Djohan menyampaikan bahwa tema perempuan juga sama pentingnya untuk dibahas, seperti cita-cita politik dan ekonomi.
Dalam sebuah keluarga, perempuan yang berperan sebagai ibu dapat mulai mengajarkan rasa cinta Tanah Air dan cinta bangsa kepada anak-anaknya.
Maka dari itu, gagasan tentang persatuan bangsa dapat dimulai dari perempuan di lingkungan keluarga.
Selanjutnya, Nona Stientje juga menekankan bahwa walaupun kedudukan perempuan di Indonesia tidak sama, tetapi ada satu hal yang sama, yaitu desakan batin untuk mendapat kebebasan.
Sama halnya dengan Nona Adam, yang mengatakan bahwa perempuan bisa memilih mana yang paling baik untuk menggerakkan emansipasi.
Lalu, dari pembicara ketiga, Djaksodipoera menyampaikan pidatonya yang diberi judul "Rapak Lumuh".
Dalam pidato tersebut, ia mengatakan bahwa posisi perempuan lemah dalam perkawinan, karena dapat sewaktu-waktu diceraikan tetapi tidak dapat menceraikan suaminya.
Oleh karena itu, Djaksodipoera menuntut agar istri memiliki hak yang sama dengan suaminya.
Setelah berbagai pendapat disampaikan, dilakukan pembahasan mengenai masalah perempuan ini. Kongres hari kedua selesai pukul 24.00
Hari ketiga
Kongres Pemuda I hari ketiga dilaksanakan pada 2 Mei 1926 dan dimulai pada pukul 09.00.
Susunan acara pada kongres hari ketiga ialah mendengar ceramah dari dua pembicara, yaitu Muhammad Yamin dan Pinontoan.
Moh. Yamin berpidato soal bahasa yang ada di Indonesia, salah satunya bahasa Melayu, yang menurutnya mudah dipelajari dan dapat disesuaikan penggunaannya secara meluas.
Oleh sebab itu, Moh. Yamin meyakini bahwa bahasa Melayu dapat dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Pinontoan berpidato mengenai arti agama Islam dan Kristen di Indonesia. Menurutnya, untuk mewujudkan persatuan bangsa, umat Muslim dan Kristen perlu meninggalkan kefanatikan mereka akan agama.
Pinontoan menyatakan bahwa dalam gerakan persatuan, agama tidak boleh memiliki peran secara langsung di dalamnya. Kongres hari ketiga berakhir pukul 12.30.
Hasil Kongres Pemuda I
Setelah tiga hari dilaksanakan pertemuan, Kongres Pemuda I menghasilkan beberapa poin penting, sebagai berikut.
Hasil-hasil tersebut dapat meningkatkan kemajuan yang mendukung betapa pentingnya kesatuan dan persatuan antarpemuda Indonesia.
Referensi:
/stori/read/2021/12/29/090000779/kongres-pemuda-i-latar-belakang-tujuan-ketua-dan-hasil