KOMPAS.com - Gerakan feminisme gelombang kedua atau gelombang feminisme kedua merupakan gerakan para aktivis perempuan yang gencar dilakukan mulai 1960-an.
Gerakan kali ini fokus memperjuangkan hak-hak perempuan yang tidak tercapai di gelombang feminisme pertama, yang dimulai pada abad ke-19.
Gelombang feminisme kedua menuntut ketidakadilan perempuan dan laki-laki di mata hukum, peran dalam keluarga, lingkungan kerja, hak-hak reproduksi, dan seksualitas perempuan.
Adanya gerakan feminisme gelombang kedua juga disebabkan oleh ledakan ekonomi setelah Perang Dunia II (1939-1945).
Pada masa itu, kapitalisme mencapai kemenangangnya dan melanggengkan budaya patriarki dalam keluarga.
Beberapa literatur menyebut bahwa gelombang feminisme kedua sebagai gerakan paling kompak.
Baca juga: Munculnya Gerakan Feminisme Gelombang Pertama
Di Amerika Serikat (AS), gerakan feminisme gelombang kedua berlangsung antara 1960-an hingga 1980-an akhir.
Dimulainya gerakan ini ditandai dengan lahirnya National for Woman (NOW) pada 1966 dan gerakan revolusioner yang disebut Women Liberation.
Gelombang feminisme kedua di AS terbagi menjadi dua aliran, yaitu aliran kiri yang bersifat radikal, dan aliran kanan yang cendurung berpandangan liberal.
Seperti halnya di AS, gelombang feminisme kedua di Inggris juga terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok kanan terdiri dari kalangan perempuan pekerja, yang menuntut persamaan upah.
Sementara, kelompok kiri terdiri dari perempuan yang berpandangan sosialis marxisme.
Baca juga: Kisah Surat Kabar Poetri Hindia dalam Memajukan Perempuan
Meski demikian, aliran kanan dan kiri bersatu untuk menyuarakan hak-hak pekerja perempuan, alat kontrasepsi gratis, penitipan anak, dan ketersediaan aborsi.
Salah satu tokoh yang lekat dengan gerakan feminisme gelombang kedua adalah Simone de Beauvoir, melalui karyanya berjudul The Second Sex.
Tokoh asal Perancis ini disebut-sebut sebagai pelopor feminisme eksistensialime karena telah mengenalkan eksistensi perempuan melalui pemikirannya.