优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Tujuan Lestari terkait
Suherman
Analis Data Ilmiah BRIN

Pustakawan Berprestasi Terbaik Tingkat ASEAN, Peraih medali emas CONSAL Award

Prabowo dan Pembangunan Budaya Literasi Bangsa

优游国际.com - 09/07/2024, 15:15 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

PADA Maret 2018, Prabowo Subianto menjadi trending karena menyitir isi novel "Ghost Fleet" karangan dua ahli strategi dari Amerika PW Singer dan August Cole.

Beliau mengatakan, “Ghost Fleet ini novel, tapi ditulis dua ahli strategi dari Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara China dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu, mereka ramalkan tahun 2030, Republik Indonesia sudah tidak ada lagi." (Detik.com, 21 Maret 2018).

Presiden terpilih tersebut menyitir novel tersebut karena merasa khawatir dan bertanggung jawab dengan eksistensi bangsa Indonesia serta mengingatkan kembali pentingnya nasionalisme yang dirasakan semakin terdegradasi terutama di sebagian para pengelola negara.

Yang menarik adalah Prabowo dalam berbagai pernyataannya selalu merujuk pada referensi buku-buku yang telah dibacanya, sehingga mengingatkan saya kepada Bung Karno.

Kedua tokoh ini memiliki tradisi literasi kuat sebagai landasan pengambilan keputusan dalam program-program kenegaraannya.

Banyak sekali kesaksian dari berbagai kalangan yang membuktikan bahwa beliau adalah kutu buku. Misalnya, yang paling hangat adalah kesaksian dari Amien Rais, "Pak Prabowo itu orang pintar. Kutu buku dia." (CNN, 25 Juni 2024)

Di channel YouTube, saya melihat video Prabowo yang berbicara tentang buku di perpustakaan pribadinya yang megah dan tertata rapi. Terlihat sekali beliau sangat memuliakan buku.

Dalam tayangan tersebut, selain menyebut beberapa judul biografi beserta pengarangnya, beliau juga menujukkan novel yang memengaruhi pikirannya, yaitu "The Warrior of the Light" karya sastrawan Brazil Paulo Coelho.

Prabowo juga menjelaskan bahwa beliau berasal dari keluarga intelektual pejuang. Siapa yang tidak mengenal ayahanda beliau, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo, yang merupakan seorang ekonom dan politikus Indonesia paling terkemuka pada masanya.

Sebagai pustakawan dan pegiat literasi tentu saja saya merasa bangga memiliki presiden yang kutu buku, karena pasti merasakan sendiri manfaatnya untuk meningkatkan kualitas hidup.

Pandangannya tentang arti buku bisa diterjemahkan kedalam program-program pembangunan yang akan datang dan saya berharap semoga pembangunan literasi menjadi salah satu program prioritasnya.

Terlalu sering kita mendengar dan membaca kekhawatiran para pejabat pusat atau daerah tentang rendahnya budaya literasi bangsa. Namun mayoritas hanya basa-basi saja, karena tidak terlihat keberpihakanya dalam program pembangun di daerahnya masing-masing.

Hanya sekadar seremonial, tidak substantif. Bunda literasi dibentuk sampai tingkat kelurahan, padahal di antara mereka sendiri banyak yang tidak memiliki kebiasaan membaca, hanya sekadar identitas saja.

Walau Prabowo seorang militer, tetapi untuk membangun budaya literasi tidak bisa dilakukan secara militeristik. Paling mendasar adalah menumbuhkan kesadaran.

Kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya membaca buku dilakukan secara massif dan simultan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

A member of


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau