Dalam pertemuan ini, Ali Sastroamidjojo mengusulkan agar diadakan pertemuan lebih luas antara negara-negara di Asia dan Afrika.
Usulan itulah yang terwujud menjadi Konferensi Asia Afrika.
Salah satu kesepakatan Konferensi Kolombo adalah Indonesia ditugaskan menjajaki kemungkinan diadakannya konferensi antara negara-negara di Asia dan Afrika, yang nantinya dikenal sebagai Konferensi Asia Afrika (KAA).
Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan diplomatik kepada 18 negara di Asia dan Afrika untuk mengetahui pendapat mereka terhadap ide diselenggarakannya KAA.
Baca juga: Negara Afrika yang Merdeka Setelah Konferensi Asia Afrika di Bandung
Secara umum, negara-negara tersebut setuju dan mendukung KAA.
Selanjutnya, dalam kunjungannya ke India pada September 1954, Ali Sastroamidjojo memaparkan temuannya dan mendesak agar kelima negara yang hadir dalam Konferensi Kolombo menggelar pertemuan lanjutan.
Kelima negara peserta Konferensi Kolombo akhirnya menggelar konferensi di Bogor, Jawa Barat, pada 28-31 Desember 1954.
Pertemuan yang disebut Konferensi Panca Negara atau Konferensi Bogor itu membicarakan persiapan pelaksanaan KAA.
Konferensi Bogor menghasilkan beberapa putusan, termasuk menetapkan 25 negara di Asia dan Afrika yang akan diundang dalam KAA, sedangkan lima negara yang memprakarsai KAA menjadi negara sponsor.
Selama persiapan pelaksanaan KAA, dibentuk berbagai panitia pelaksana yang diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Beberapa tokoh Indonesia yang menjadi panitia KAA yakni Ali Sastroamidjojo (Ketua Konferensi), Ir Rooseno (Ketua Komite Ekonomi), Moh Yamin (Ketua Komite Kebudayaan), dan Roeslan Abdul Gani (Sekretaris Jenderal).
Baca juga: Keterkaitan KAA dengan Organisasi GNB
Salah satu keputusan Konferensi Bogor adalah menetapkan Indonesia sebagai negara tuan rumah Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika dapat terlaksana pada 18-24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat.
Selama sekitar satu minggu pertemuan, negara-negara peserta KAA membicarakan terkait kepentingan bersama negara-negara di Asia dan Afrika, terutama kerja sama ekonomi dan kebudayaan, juga masalah kolonialisme dan perdamaian dunia.
Hasil dari KAA adalah 10 prinsip yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.
Dasasila Bandung pada prinsipnya sangat menjunjung tinggi hak dasar manusia, integritas dan kedaulatan negara, persamaan hak semua suku dan bangsa, dan asas kebersamaan.
Referensi: