KOMPAS.com - Sriwijaya merupakan kerajaan yang berkembang di Nusantara mulai abad ke-7. Kala itu, wilayah perairan Nusantara tengah semarak dengan aktivitas perdagangan dan pelayaran.
Kerajaan yang bercorak Buddha ini berada di tepian Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan. Kerajaan ini mengalami puncak kejayaan pada masa Raja Balaputradewa di abad ke-9.
Posisi Kerajaan Sriwijaya yang strategis ini membuat kerajaan ini dapat memegang kendali perdagangan di Selat Malaka. Kebesaran tersebut mengerek reputasi Sriwijaya.
Baca juga: Sejarah Peradaban Buddha di Kerajaan Sriwijaya
Eksistensi Sriwijaya di masa lalu terbukti dari sejumlah peninggalan-peninggalan yang ditemukan. Peninggalan-peninggalan prasasti Kerajaan Sriwijaya mencakup prasasti dan benda-benda kuno.
Penemuan arkeologis dari masa Sriwijaya setidaknya dapat memberi gambaran tentang sejarah dan kehidupan kerajaan tersebut, terutama yang berupa prasasti.
Baca juga: Bukti Hubungan Baik Kerajaan Sriwijaya dengan India
Lantas, apa saja peninggalan prasasti Kerajaan Sriwijaya?
Prasasti Kota Kapur merupakan prasasti yang ditemukan pada tahun 1892 di Kecamatan Mendo Barat, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.
Prasasti ini ditulis pada sebuah tugu batu dan memuat nama Sriwijaya sebagai kadatuan atau kerajaan. Isi prasasti menekankan kutukan bagi siapa saja yang memberontak atau tidak tunduk kepada Sriwijaya.
Tanggal pembuatan prasasti ini tertulis tahun Saka 608, paruh terang bulan Waiskha, yang bertepatan dengan 28 Februari 686 M.
Selain prasasti, terdapat pula arca Wisnu bergaya seni pre-Angkor di lokasi penemuan Prasasti Kota Kapur. Arca itu diperkirakan berasal dari abad ke-6 atau ke-7 Masehi.
Baca juga: Corak Agama Kerajaan Sriwijaya
Prasasti Kedukan Bukit merupakan peninggalan arkeologis berikutnya dari masa Sriwijaya. Prasasti ini mencatat perjalanan Dapunta Hiyang, seorang pemimpin besar Sriwijaya, yang menaiki perahu dan meraih kemenangan besar.
Prasasti ini merepresentasikan perjalanan spiritual sekaligus ekspedisi militer Sriwijaya yang menandai puncak kejayaannya. Prasasti Kedukan Bukit ditulis pada tahun 604 Saka, bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi.
Prasasti Talang Tuo merupakan peninggalan prasasti kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Desa Talang Tuo, sebelah barat laut Palembang.
Prasasti Talang Tuo menyebutkan pembangunan sebuah taman bernama Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa pada tanggal 23 Maret 648 M.
Dokumentasi pembangunan taman itu juga dilengkapi dengan keterangan tentang pembuatan kolam-kolam dan kanal, dan juga penanaman beberapa tanaman tertentu.
Baca juga: Kepercayaan Masyarakat Jawa Sebelum Masuknya Hindu Buddha
Prasasti Telaga Batu menjadi salah satu dokumentasi masa Sriwijaya yang menggambarkan tentang pemerintahannya, berikut dengan bentuk kedatuan kerajaan tersebut.
Dengan kata lain, dapat diartikan bahwa kedatuan Sriwijaya terdiri adri sejumlah mandala atau provinsi. Mandala tersebut menyerupai sebuah federasi yang diketahui oleh seorang datu.
Prasasti ini memiliki keunikan dengan mencatat berbagai kutukan terhadap mereka yang melakukan kejahatan serta pujian bagi yang berbuat baik kepada Sriwijaya.
Refrensi: