KOMPAS.com - Hari ini 75 tahun yang lalu, tepatnya 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan oleh Amerika Serikat di Nagasaki, Jepang.
Serangan bom atom di Nagasaki tiga hari setelah bom di Hiroshima. Dengan dua serangan mematikan itu, Jepang akhirnya menyerah tanpa syarat.
Dikutip dari History, Amerika Serikat sebelumnya telah merencanakan untuk menjatuhkan bom atom kedua mereka pada 11 Agustus 1945 jika Jepang belum menyerah.
Namun, perkiraan cuaca buruk pada hari itu mendorong serangan ke Nagasaki dimajukan menjadi 9 Agustus 1945.
Di pihak Jepang, kehancuran akibat bom atom di Hiroshima tak cukup meyakinkan Dewan Perang Jepang untuk menyerah tanpa syarat.
Oleh karena itu, rencana pengeboman kedua pun akhirnya benar-benar dilakukan oleh AS.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Perampokan Senilai Rp 49 Miliar di Kereta Api
Pada pukul 01.56 dini hari, pesawat pengebom B-29 yang dimodifikasi secara khusus dan dikenal sebagai Bockscar, lepas landas dari Pulau Tinian, Kepulauan Mariana, di bawah komando Mayor Charles W Sweeney.
Pesawat itu membawa bom berbasis plutonium seberat 10.000 pon yang dikenal sebagai "Fat Man" menuju Kota Kokura, tempat persenjataan Jepang.
Karena wilayah itu tertutup awan, kru Bockscar memutuskan untuk menuju target kedua mereka, yaitu Nagasaki.
Bom itu dijatuhkan pada pukul 11.02 dari ketinggian 1.650 kaki di atas Kota Nagasaki, kota pusat pembuatan kapal.
Daya ledak yang dihasilkan oleh bom tersebut setara dengan 22.000 ton TNT. Akibatnya, diperkirakan antara 60.000 hingga 80.000 penduduk meninggal atau setengah dari jumlah penduduk Nagasaki.
Namun, dampak kerusakan mungkin akan jauh lebih besar jika tak ada bukit-bukit yang mengelilingi kota itu.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Lahirnya NASA dan Perlombaan Ruang Angkasa...
Sementara itu, Jenderal Leslie R Groves yang bertanggung jawab untuk Proyek Manhattan, proyek penelitian atom, memperkirakan bahwa bom atom lain mungkin sudah siap digunakan lagi pada 17 atau 18 Agustus 1945.
Hal tersebut untuk mengantisipasi jika Jepang masih enggan menyerah tanpa syarat.
Meski terjadi perbedaan pendapat di tubuh Dewan Perang Jepang, Kaisar Hirohito akhirnya memberikan izin untuk penyerahan tanpa syarat pada 15 Agustus 1945.