UNTUK sementara ini, para arkeolog sastra sepakat bahwa satu di antara pelopor fiksi ilmiah adalah satiris Yunani kuno yang berasal dari Suriah abad ke 2 sebelum Masehi. Dia adalah Lucian yang berkisah tentang perjalanan berlayar dengan perahu layar ke rembulan.
Kemudian, Cyrano de Bregerac pada awal abad 17 setelah Masehi juga berkisah terbang ke rembulan di mana masyarakat utopian bebas dari penyakit, kelaparan, maupun perang.
Sang tokoh protagonis di rembulan memakan buah terlarang dari pohon ilmu pengetahuan sehingga diusir oleh penghuni rembulan sebab dianggap melakukan penistaan peradaban. Setelah singgah di planet Bumi, sang lakon terbang ke matahari di mana dia diadili oleh para mahluk bersosok burung.
Imajinasi fiksi-ilmiah Cyrano de Bergerac juga terasa pada Perjalanan Gulliver, mahakarya Jonathan Swift dan Micromegas, mahakarya Voltaire serta komik Flash Gordon, mahakarya Alex Raymond.
Baca juga:
Kemudian muncul Jules Verne yang layak dinobatkan sebagai Bapak Fiksi Ilmiah Modern dengan karya-karya fantastis. Verne jelas berpengaruh terhadap HG Wells, Ray Bradbury, Isaac Asimov, Arhur C Clarke serta serial film Back To The Future, Star Trek, Star Wars maupun Avengers yang berpuncak pada “Endgame” dengan cabang-cabang lelakon Marvel yang menokohkan Spider Man dan DR Strange dengan serial multiverse serta Ant Man asyik bermania dengan semesta kuantum maupun Black Panther yang merambah ke Namor alias Kukulkan berasal dari peradaban Yukatek Maya.
Sebagai warga Indonesia, saya mengagumi legenda rakyat Sunda, Mundinglaya sebagai pelopor fiksi ilmiah terutama pada kisah Mundinglaya Saba Langit.
Pada hakikatnya Arjuna Wiwaha dengan menampilkan tokoh Niwatakawaca yang menyerbu Swargaloka sehingga para dewa kelabakan mengundang Arjuna ke Jonggring Saloka untuk membinasakan Niwitakawaca juga merupakan prototipe fiksi ilmiah tak kalah fantastis ketimbang Star Trek.
Maka, saya menggarap lanjutan Arjuna Wiwaha berkisah Niwatakawaca melakukan pemberontakan di neraka demi bisa kembali mengumbar angkara murka di marcapada sehingga para dewa kelabakan memaksa Arjuna yang sudah hedonis hidup bersama para bidadari di Khayangan untuk turun kembali ke planet Bumi demi membinasakan Niwatakawaca dan seterusnya berputar-putar berkelanjutan terulang-ulang kembali.
Baca juga:
Saya bangga karena melalui perhimpunan penulis Indonesia Satupena, saya memperoleh kesempatan bersahabat dengan dua tokoh penulis Indonesia yang menurut pendapat saya tidak kalah keren ketimbang Jules Verne dan Tolkien, yakni Akmal Nasseri Bazral dan Rusdian Lubis. Melalui puisi esai sebagai prakarsa termutakhirnya, Denny JA membuka pintu gerbang puisi selebar-selebarnya bagi segenap genre seni sastra termasuk fiksi ilmiah maupun fiksi tidak ilmiah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.