KOMPAS.com – Setiap tanggal 24 Mei diperingati sebagai Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia atau World Schizophrenia Awareness Day.
Dikutip dari , Hari Kesadaran Skizofrenia Sedunia bertujuan untuk mematahkan stigma dan meningkatkan kesadaran untuk perawatan kesehatan mental yang lebih baik.
Meningkatkan kesadaran tentang skizofrenia dapat membantu mengurangi stigma dan mempromosikan pemahaman dan dukungan yang lebih besar bagi mereka yang terkena dampak kondisi tersebut.
Di hari itu juga setiap orang dapat memberi dukungan bagi mereka yang hidup dengan skizofrenia.
Baca juga: Benarkah Suka Bicara Sendiri dan Ngehalu adalah Tanda Gangguan Mental?
Dilansir dari , skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah yang memengaruhi cara seseorang berpikir, bertindak, mengekspresikan emosi, memahami realitas, dan berhubungan dengan orang lain.
Penyakit seumur hidup ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol dengan pengobatan yang tepat.
Penyakit ini berkaitan dengan psikosis, sejenis penyakit mental di mana seseorang tidak dapat membedakan apa yang nyata dari apa yang dibayangkan.
Bagi mereka yang menderita skizofrenia, dunia mungkin tampak seperti pikiran, gambar, dan suara yang membingungkan.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Mental, Apa Saja?
Penderita skizofrenia membutuhkan dukungan dan kasih sayang orang terdekat untuk memotivasi, mengenali gejala, hingga menyiapkan perawatan dengan psikiater atau ahli kejiwaan.
Dikutip dari , berikut gejala yang muncul ketika seseorang menderita skizofrenia:
Khayalan atau delusi adalah keyakinan salah yang tidak didasarkan pada kenyataan.
Ini biasanya melibatkan melihat atau mendengar hal-hal yang tidak ada. Namun bagi orang dengan skizofrenia, mereka memiliki kekuatan dan dampak penuh dari pengalaman normal.
Halusinasi bisa dalam berbagai indra, tetapi mendengar suara adalah halusinasi yang paling umum.
Pemikiran yang tidak teratur disimpulkan dari ucapan yang tidak teratur. Komunikasi yang efektif dapat terganggu, dan jawaban dari pertanyaan yang disodorkan mungkin sebagian atau seluruhnya tidak berhubungan.
Hal ini mungkin terlihat dalam beberapa cara, dari kekonyolan seperti anak kecil hingga agitasi yang tidak terduga. Perilaku tidak terfokus pada tujuan, sehingga sulit untuk melakukan tugas.
Perilaku dapat mencakup penolakan terhadap instruksi, postur tubuh yang tidak pantas atau aneh, kurangnya respons, atau gerakan yang tidak berguna dan berlebihan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.