Guswanto mengungkapkan, fenomena hawa atau suhu panas akhir-akhir ini umumnya dipicu beberapa kondisi dinamika atmosfer.
Namun, kemunculan hujan, tepatnya awan hujan dapat mengurangi panasnya suhu dan teriknya sinar Matahari.
"Betul, (suhu panas terik berkurang) seiring munculnya awan hujan yang dapat menyerap dan memantulkan sinar Matahari," tuturnya.
Dia menjelaskan, kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia saat ini, terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara, didominasi cuaca cerah dan sangat minim pertumbuhan awan pada siang hari.
Kondisi ini menyebabkan penyinaran Matahari saat siang tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer.
"Sehingga suhu pada siang hari di luar ruangan terasa sangat terik," kata Guswanto.
Belum lagi, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia terutama di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG ini melanjutkan, pada akhir September lalu, posisi semu Matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator.
Artinya, sebagian wilayah di selatan ekuator termasuk Jawa hingga Nusa Tenggara menerima dampak penyinaran Matahari yang relatif lebih intens daripada daerah lain di Indonesia.
Namun, fenomena astronomis tersebut umumnya tidak berdiri sendiri dalam menyebabkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi.
"Faktor-faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara memiliki dampak yang lebih besar juga terhadap kondisi suhu terik di suatu wilayah seperti yang terjadi saat ini di beberapa wilayah Indonesia," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.