Sebagai laki-laki Jawa yang hidup pada masa kolonialisme, keberpihakan KHD pada kaum perempuan sungguh amat progresif melampaui zamannya.
Pada Desember 1928, KHD menulis Sjair Pagar Keselamatan yang isinya menyemangati kaum perempuan untuk maju dan merdeka dalam hidupnya.
KHD juga menulis Perempoean dalam Doenia Pendidikan tentang keterlibatan peran perempuan yang menurutnya sangat penting terutama sebagai pendidik. Ia menganggap bahwa perempuan lebih mampu dalam melakukan pendekatan batin kepada anak didik.
Pada tahun 1931, ia kembali menulis Vrouwenraad dalam Taman Siswa; pentingnya memiliki badan khusus perempuan sebagai bagian utama dari keluarga besar Taman Siswa.
Selain itu, sebagai karakter yang eklektik, lembut, sekaligus nasionalis, banyak karya KHD lain yang belum banyak diketahui publik.
Beberapa di antaranya adalah dua buah syair berjudul Lagoe Internasional dan Marsch Socialist yang dikumandangkan tahun 1920, sebagai bentuk Perayaan Hari Buruh Internasional.
KHD memang secara konsisten memberikan penekanan pentingnya peran kesenian kebudayaan dalam pendidikan.
Sehingga tak heran bahwa semasa hidupnya ia tak hanya aktif menulis, tetapi juga membuat syair dan lagu. Beberapa lagu lain yang ia buatkan notasinya untuk pelajaran bernyanyi di TS adalah Langen Soeka (Lagu Gembira) dan Kembang Setaman.
Ia kerap mengingatkan pentingnya peran seni budaya untuk melembutkan hati dan jiwa manusia termasuk penggunaan tembang, gamelan, dan sastra untuk mengajarkan murid-muridnya.
Terlepas dari segala perhatiannya pada kehidupan publik berbangsa dan bernegara, KHD tetap hadir sebagai seorang Ayah yang penuh kasih untuk keluarga.
Anak pertama KHD dengan Sutartinah adalah seorang anak perempuan berkebutuhan khusus. Namun tidak seperti orang-orang pada waktu itu yang kerap merasa situasi ini semacam aib, KHD justru selalu melibatkan Jeng Asti - anak perempuannya itu -hampir di seluruh kesempatan.
Jeng Asti akan diperkenalkan dengan bangga pada semua orang dan akan menyambut tamu-tamu yang datang ke rumah KHD pada acara kasual maupun formal.
Melihat begitu kayanya keteladanan yang dapat kita ambil dari sesosok figur lemah lembut seperti KHD, rasanya pertanyaan mengenai relevansi menjadi terasa dangkal.
Pada hari-hari di mana keteladanan menjadi barang langka yang begitu mahal harganya, membaca ulang nilai-nilai yang diwarisi oleh para pendiri bangsa seperti KHD menjadi tanggung jawab bagi kita semua.
Konsep Merdeka Belajar sesuai warisan konsep pendidikan KHD yang sudah digulirkan selama beberapa tahun belakangan ini harus terus dilanjutkan, disempurnakan pelaksanaannya, dan dikawal bersama.
Begitu pula dengan komitmen soal pentingnya seni budaya dalam membangun jiwa dan membentuk kepribadian bangsa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.