优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Angka Kelahiran Terus Menurun, Pakar Perkirakan Jepang Hanya Miliki 1 Anak di Masa Depan

优游国际.com - 23/01/2025, 11:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Krisis populasi akibat angka kelahiran dan pernikahan yang terus menurun mengakibatkan Jepang di ambang kepunahan di masa depan.

Dalam 695 tahun lagi, Jepang diperkirakan hanya akan memiliki satu anak jika tingkat kelahirannya terus berlanjut seperti saat ini, dikutip dari Japan Times (6/1/2025).

Seorang profesor di Pusat Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Lanjut Usia Universitas Tohoku, Hiroshi Yoshida memperkirakan, Jepang hanya akan memiliki satu anak berusia di bawah 14 tahun pada 5 Januari 2720.

Profesor yang mengelola sebuah penghitungan yang memberikan perkiraan tanggal kapan jumlah anak di negara ini menjadi hanya satu itu telah merilis perkiraan setiap bulan April sejak 2012.

Simulasi ini dihitung dengan menggunakan tingkat penurunan populasi tahunan di antara anak-anak, berdasarkan selisih antara jumlah pada April dari tahun sebelumnya dan jumlah saat ini.

Perkiraan terbaru menunjukkan tingkat penurunan tahunan sebesar 2,3 persen pada April lalu, mempercepat waktu lebih dari 100 tahun dibandingkan dengan prediksi pada 2023.

Baca juga: Jepang Bayar Rp 500 Juta untuk Orang yang Mau Tinggal dan Menetap di Pedesaan


Angka kelahiran di Jepang terus menurun

Angka kelahiran di Jepang terus mengalami penurunan yang cepat.

Data terbaru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang menunjukkan, angka kelahirannya turun menjadi 1,20 pada 2023. Jumlah ini merupakan angka terendah yang pernah ada.

Di Tokyo, angka kelahirannya bahkan hanya mencapai 0,99. Ini menjadikannya sebagai kota pertama di negara tersebut yang memiliki angka kelahiran di bawah 1.

Salah satu alasan penurunan angka kelahiran ini diduga karena semakin sedikit orang Jepang yang menikah dan semakin banyaknya orang yang masih lajang.

Menurut laporan sensus pada 2020, sekitar 28 persen pria di usia 50 tahun tidak pernah menikah, sementara persentasenya sekitar 17,8 persen untuk wanita. Ini adalah penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan masa lalu.

Pada 1990, jumlahnya hanya sekitar 5,6 persen untuk pria dan 4,3 persen untuk wanita.

Baca juga: Alasan Dewi Soekarno Didenda Rp 3 Miliar oleh Jepang, Bukan Kasus Hukum Pertama

Upaya untuk meningkatkan angka kelahiran di Jepang

Untuk mengatasi krisis populasi dan penurunan angka kelahiran di Jepang, pemerintah telah melakukan berbagai cara untuk mendorong kaum muda agar menikah.

Misalnya, aplikasi kencan dipandang sebagai salah satu cara yang dapat membantu individu yang kesulitan untuk bertemu dengan calon pasangan.

Sebuah survei yang dilakukan tahun lalu menunjukkan, 1 dari 4 pasangan di bawah usia 40 tahun yang menikah dalam satu tahun terakhir bertemu dengan pasangannya melalui aplikasi tersebut.

Tahun lalu, Pemerintah Metropolitan Tokyo bahkan meluncurkan aplikasi kencannya sendiri dengan harapan dapat memberikan warga Tokyo sebuah alat yang dapat membawa mereka selangkah lebih dekat ke arah pernikahan.

Selain itu, pemerintah Jepang juga melakukan berbagai upaya lain untuk mendukung pasangan menikah, termasuk memberikan informasi tentang keseimbangan kehidupan kerja, pengasuhan anak, bantuan perumahan, keterlibatan pria dalam pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak, dan konseling karier.

Terlepas dari upaya pemerintah, para ahli memperkirakan bahwa penurunan populasi Jepang akan terus berlanjut selama beberapa dekade karena struktur demografi saat ini, dikutip dari The Independent (8/1/2025).

Bahkan jika tingkat kesuburan meningkat dengan segera, populasi akan terus menyusut hingga ketidakseimbangan antara generasi muda dan tua menjadi stabil.

Baca juga: Narapidana Lansia di Jepang Pilih Tetap Hidup di Penjara daripada Kesepian, Ada yang Rela Bayar Jutaan Rupiah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Memilih Kursi KA Ranggajati dengan Akses Jendela Penuh, Nomor Berapa Saja?

Cara Memilih Kursi KA Ranggajati dengan Akses Jendela Penuh, Nomor Berapa Saja?

Tren
Kisah Pesawat Afriqiyah Airways 771, Terjun Bebas Saat Hendak Mendarat, Hanya 1 Penumpang yang Selamat

Kisah Pesawat Afriqiyah Airways 771, Terjun Bebas Saat Hendak Mendarat, Hanya 1 Penumpang yang Selamat

Tren
Hasil Memulung Barang Bekas, Legiman Bisa Berangkat Haji Bersama Istri Tahun Ini

Hasil Memulung Barang Bekas, Legiman Bisa Berangkat Haji Bersama Istri Tahun Ini

Tren
Ini 7 Cara Cek Tagihan Listrik PLN via Online

Ini 7 Cara Cek Tagihan Listrik PLN via Online

Tren
Mengenal 9 Wali Songo, Nama Asli dan Wilayah Dakwahnya

Mengenal 9 Wali Songo, Nama Asli dan Wilayah Dakwahnya

Tren
Tanda-tanda Kolesterol Tinggi di Kaki yang Jarang Disadari, Apa Saja?

Tanda-tanda Kolesterol Tinggi di Kaki yang Jarang Disadari, Apa Saja?

Tren
14 Makanan yang Bantu Jaga Kesehatan Mata, Apa Saja?

14 Makanan yang Bantu Jaga Kesehatan Mata, Apa Saja?

Tren
5 Kelompok Orang yang Lebih Berisiko Terkena Kanker Kolorektal, Siapa Saja?

5 Kelompok Orang yang Lebih Berisiko Terkena Kanker Kolorektal, Siapa Saja?

Tren
Ramai soal Kabel Listrik Magelang Ditanam Dalam Tanah, Ini Penjelasan PLN

Ramai soal Kabel Listrik Magelang Ditanam Dalam Tanah, Ini Penjelasan PLN

Tren
Resmi, Rincian Tarif Listrik Golongan Subsidi dan Non-subsidi per 12 Mei 2025

Resmi, Rincian Tarif Listrik Golongan Subsidi dan Non-subsidi per 12 Mei 2025

Tren
Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Tuberkulosis, Apa Saja?

Gejala dan Faktor Risiko Penyakit Tuberkulosis, Apa Saja?

Tren
Duduk Perkara FIFA Sanksi PSSI Imbas Suporter Lakukan Diskriminasi kepada Bahrain

Duduk Perkara FIFA Sanksi PSSI Imbas Suporter Lakukan Diskriminasi kepada Bahrain

Tren
Studi Terbaru: Ini 14 Jenis Kanker yang Meningkat di Kalangan Muda AS

Studi Terbaru: Ini 14 Jenis Kanker yang Meningkat di Kalangan Muda AS

Tren
Pembantaian Dukun Santet 1998, Sejarah Kelam yang Kisahnya Kini Diangkat Menjadi Film

Pembantaian Dukun Santet 1998, Sejarah Kelam yang Kisahnya Kini Diangkat Menjadi Film

Tren
BMKG Ungkap Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 12-13 Mei 2025

BMKG Ungkap Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 12-13 Mei 2025

Tren
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau