KOMPAS.com - Sejumlah warganet di media sosial TikTok mengeluhkan adanya perubahan siklus haid di bulan Ramadhan.
Misalnya, akun TikTok @pra pada Minggu (9/3/2025) mengatakan bahwa dirinya terlambat haid berhari-hari di bulan puasa ini.
"Puasa tahun ini semua cewe panik gara-gara telat haid berhari-hari," tulis pengunggah.
Warganet yang berkomentar dalam unggahan tersebut juga mengatakan hal serupa. Padahal, beberapa mengatakan sudah merasakan nyeri di tubuhnya yang merupakan tanda haid.
"Perut ku udah sakit banget pls kaya nyeri" gitu tapi belum keluar darahnya," tulis akun @nad****.
"Sakit badannya udh macam mau haid, udh keram sana sini sampe meriang, pas keluar cuma keputihan," tulis akun @hii****.
Lantas, benarkah puasa dapat memengaruhi siklus haid?
Baca juga: Benarkah Telat Haid Bisa Jadi Tanda PCOS? Ini Penjelasan Dokter
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi di RSIA Anugerah Semarang, Indra Adi Susanto mengatakan, puasa secara tidak langsung akan membuat perubahan pada hormon menstruasi.
Menurut dia, perubahan jam dan pola malan saat puasa dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap siklus menstruasi, terutama terhadap hormon estrogen dan progesteron.
"Pembatasan konsumsi makanan seperti puasa yang berkepanjangan dapat menganggu pola haid/oligomenorhea/menstruasi terlambat bahkan amenorhea," ujar Indra kepada ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (14/3/2025).
“Sebab, pada saat puasa, kita secara tidak langsung membatasi asupan kalori, karbohidrat, lemak, gula, garam dan air yang dapat mengakibatkan menstruasi terlewat atau tidak teratur,” tambahnya.
Sama halnya saat tidak puasa, tetapi pola makannya tidak sehat, maka dapat menyebabkan gangguan mood menjelang menstruasi atau PMS. Hal ini karena adanya dominasi estrogen.
Indra menambahkan, wanita yang mengalami gangguan haid akibat obesitas, maka pola makan harus diatur dengan komposisi kadar gizi yang seimbang.
Sehingga, selain menurunkan berat badan, hal ini juga dapat mengurangi gejala menstruasi, membantu siklus menjadi lebih teratur dan darah menstruasi tidak terlalu banyak.
Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Minum Kopi Saat Menstruasi?
Hal ini didukung oleh penelitian tahun 2013 berjudul "Does Ramadan fasting has any effects on menstrual cycles?" yang dimuat dalam National Centre for Biotechnology Information.
Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 11,3 persen, 30 persen, dan 16,3 persen peserta memiliki pola menstruasi yang tidak normal dalam tiga bulan sebelum dan selama puasa, serta tiga bulan setelah Ramadhan.
Peserta yang berpuasa lebih dari 15 hari memiliki periode menstruasi yang tidak normal dibandingkan dengan peserta yang puasa kurang dari 15 hari.
Peneliti menyimpulkan, kelainan menstruasi selama bulan Ramadhan akan mencapai puncaknya, kemudian tiga bulan setelah Ramadhan berangsur-angsur berkurang dan kembali ke kondisi normal.
Baca juga: Makan Gorengan Berlebihan Picu Mood Swing dan Haid Lebih Sakit, Benarkah?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.