优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Lemhannas: Anak Bisa Petantang-petenteng Setelah Keluar dari Barak Militer

优游国际.com - 18/05/2025, 19:03 WIB
Yovie Given Nata Widjaja,
Mahar Prastiwi

Tim Redaksi

Sumber


KOMPAS.com – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily menyoroti perlunya evaluasi serius terhadap program pendidikan karakter untuk siswa nakal yang dilakukan di barak militer.

Dikutip dari Antara, Minggu (18/5/2025) Ace mengingatkan bahwa pendidikan semacam itu berpotensi membentuk pribadi yang justru semakin menyimpang, salah satunya menjadi sosok yang petantang-petenteng.

“Misalnya kalau dia sudah keluar dari barak militer, apakah dijamin bahwa dia tidak akan lepas dari kenakalannya? Atau jangan-jangan karena dia sudah pernah mendapatkan pendidikan militer, lalu karena mungkin mental emosionalnya tidak pernah ditempa, akhirnya menjadi petantang-petenteng dan bisa melakukan hal yang di luar dari yang sesuai dengan perkembangan anak,” ujar Ace di Gedung DPRD Jabar Bandung, Sabtu (17/5/2025).

Baca juga: KPAI: Kirim Siswa Nakal ke Barak Militer Berpotensi Langgar Hak Anak

Pentingnya kajian lebih lanjut

Ace mengatakan, Lemhannas akan melakukan pengkajian mendalam terhadap program tersebut. Ia menekankan bahwa segala bentuk intervensi terhadap anak harus mengedepankan aspek perlindungan anak.

Ace juga menyoroti perlunya pendekatan yang lebih menyeluruh terhadap perilaku anak. Menurutnya, karakter anak terbentuk dari banyak faktor seperti keluarga, lingkungan, hingga pengalaman hidup, dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan pelatihan militer.

“Jadi karena itu bagi kami di Lemhannas, kami harus mengkajinya secara mendalam. Karena, anak menjadi sesuatu pasti ada faktor yang melatarbelakanginya, terutama faktor lingkungan, faktor keluarga dan lain sebagainya itu yang harus didalami,” katanya.

Baca juga: KPAI Temukan Kasus Guru BK Ancam Siswa Jika Tak Mau Dikirim ke Barak Militer

Jangan sembarangan cap anak “nakal”

Ace juga mengingatkan bahwa istilah “nakal” harus digunakan dengan sangat hati-hati. Label tersebut bisa berujung pada stigmatisasi terhadap anak yang justru menghambat tumbuh kembangnya.

“Bahkan istilah nakal itu juga harus hati-hati menggunakan term-nya, karena itu menyangkut dengan stigmatisasi yang diberikan kepada anak. Ingat bahwa prinsip anak itu dilindungi,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa tugas negara bukan hanya mendidik, tetapi juga memastikan bahwa anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat secara emosional dan sosial.

Baca juga: Kriteria Guru Malas yang Dikirim ke Barak Milter Harus Jelas

"Dalam konteks kenapa anak disebut "nakal" kan harus dilihat dulu akar persoalannya. Apakah disebabkan karena misalnya hak asuhnya, pola pengasuhannya, di dalam keluarga, di dalam lingkungan, itu yang harus didalami terlebih dahulu. Jangan sampai juga gara-gara hal (program pembentukan karakter di barak militer) tersebut, membuat anak jadi terstigmatisasi," pungkas Ace.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau