BOGOR, KOMPAS.com - Istilah petani muda merujuk pada orang berusia di bawah 40 tahun yang aktif mengerjakan lahan tanamnya.
Sayangnya, saat ini tak banyak orang muda yang berprofesi sebagai petani di Indonesia. Pekerjaan ini mayoritas digeluti oleh orang tua berusia di atas 50 tahun.
Baca juga:
Hal itu disampaikan oleh Direktur Kalimajari, pendamping Koperasi Kakao Kerta Semaya Samaniya (KSS) Bali, Agung Widiastuti.
Alasannya, pendapatan petani tidak semenjanjikan profesi lain yang populer di kalangan anak muda.
Padahal, menurut Agung, petani bisa saja memiliki pendapatan yang sama, bahkan lebih tinggi dari profesi lain.
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebelum menjadi petani kakao muda, seperti dijelaskan Agung.
Baca juga: 7 Makanan Sehat yang Tidak Mudah Busuk, Ada Cokelat
Agung menuturkan, kiat utama mengajak anak muda bertani kakao bisa melalui pendekatan bisnis.
Pengenalan profesi petani melalui pendekatan ekonomi dan teknologi, kata dia, lebih efisien, realistis, dan menyenangkan bagi calon petani.
"Mereka (anak muda) harus diajak bicara soal ekonomi supaya berminat jadi petani kakao," kata Agung ketika ditemui 优游国际.com usai pembukaan pabrik Pipiltin Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis (26/7/2024).
Ia mencontohkan, salah satu petani dalam koperasinya belum lama ini berhasil menjual kakao seharga Rp 38 juta dalam satu kali transaksi.
"Itu (pendapatan) seorang petani loh yang beliau panen seminggu sekali, kemarin puncaknya. Dua kali penjualan,"
Agung sudah melakukan hal ini melalui pelatihan Farmer As A Business (FAAB), mengajak orang muda berhitung pendapatan petani kakao yang bisa melampaui penghasilan pekerja kantoran, bahkan pegawai negeri sipil (PNS).
"Itu sudah banyak terbukti di beberapa petani kami. Bedanya, ya, pekerjaan petani itu kotor karena bersentuhan dengan tanah setiap hari," ungkap dia.
Baca juga: Cara Membuat Pancake Cokelat untuk Sarapan
View this post on Instagram