BOGOTA, KOMPAS.com - Sebuah kelompok pemberontak Kolombia menyetujui gencatan senjata sepihak dan pembebasan tawanan usai negosiasi dengan pemerintah pada Sabtu (29/6/2024).
Hal itu sebagai upaya Presiden sayap kiri Kolombia Gustavo Petro untuk mengakhiri konflik enam dekade antara pemerintah dan kelompok pemberontak.
Sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, Segunda Marquetalia (kelompok pemberontak) berkomitmen untuk pengiriman orang-orang yang mereka tahan.
Demikian informasi menurut sebuah dokumen yang ditandatangani oleh kepala perunding pemerintah Armando Novoa dan perwakilan pemberontak Walter Mendoza.
"Penerapan penuh deeskalasi akan dimulai segera setelah keputusan presiden mengenai operasi militer ofensif mulai berlaku," kata teks yang dilihat AFP, tanpa menyebutkan tanggalnya.
Sebuah pertemuan di Tumaco, di Kolombia barat, akan diadakan antara kedua pihak selambat-lambatnya tanggal 20 Juli.
Yakni untuk mempresentasikan perjanjian de-eskalasi dan untuk menentukan jadwal mengidentifikasi proyek-proyek sosial dan ekonomi.
Kesepakatan tersebut menyusul perundingan selama berhari-hari di Caracas, di mana tujuh delegasi dari masing-masing pihak memulai perundingan pada hari Senin.
Segunda Marquetalia adalah kelompok pemberontak yang memisahkan diri dari perjanjian gencatan senjata bersejarah tahun 2016 dengan gerilyawan FARC.
Mereka yang hadir dalam perundingan di Caracas termasuk pemimpin pemberontak yang dikenal dengan nama samaran Ivan Marquez, yang dianggap tewas hingga ia muncul kembali dalam sebuah video pada Mei.
Marquez, yang bernama asli Luciano Marin adalah kepala negosiator FARC untuk kesepakatan 2016, kembali ke kehidupan sipil dan terpilih sebagai senator, sebelum melancarkan pemberontakan baru pada 2019.
Namun pada pembukaan perundingan di Caracas, dia mengatakan bahwa dia sepenuhnya bersedia berkontribusi pada pencapaian perdamaian bersama bagi Kolombia.
/global/read/2024/06/30/144841570/kelompok-pemberontak-kolombia-setuju-gencatan-senjata-sepihak