DUBAI, KOMPAS.com - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan pada Jumat (7/2/2025) bahwa pengalaman membuktikan, perundingan dengan Amerika Serikat (AS) “bukan langkah yang cerdas, bijaksana, atau terhormat.”
Khamenei juga menyarankan bahwa "tidak seharusnya ada negosiasi dengan pemerintah semacam itu (AS)," tetapi dia tidak sampai mengeluarkan perintah untuk tidak berurusan dengan Washington.
Pernyataan Khamenei itu membuyarkan sinyal yang selama berbulan-bulan dikirim Teheran kepada AS bahwa Iran ingin bernegosiasi mengenai program nuklirnya yang berkembang pesat dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang bernilai miliaran dolar.
Apa yang terjadi selanjutnya masih belum jelas, terutama saat Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, yang reformis mengkampanyekan dan berjanji, bahkan hingga Kamis kemarin, untuk melakukan dialog dengan Barat.
Pernyataan Khamenei kepada para perwira angkatan udara di Teheran itu bertentangan dengan pernyataannya pada Agustus lalu. Ketika itu dia memberi isyarat dibukanya pintu perundingan.
Namun, Khamenei yang kini berusia 85 tahun selalu berhati-hati saat menyinggung soal negosiasi dengan Barat. Hal itu termasuk menyeimbangkan tuntutan kaum reformis di dalam negeri yang menginginkan perundingan melawan unsur-unsur garis keras dalam teokrasi Iran, seperti paramiliter Garda Revolusi.
Khamenei mencatat, Trump menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir sebelumnya di mana Iran secara drastis membatasi pengayaan uranium dan jumlah persediaannya, dengan imbalan penghapusan sanksi yang berat.
“Orang Amerika tidak menepati janji mereka,” kata Khamenei. “Orang yang menjabat saat ini telah membatalkan perjanjian tersebut. Dia bilang dia akan melakukannya, dan dia melakukannya.”
Ia menambahkan, “Hal ini harus menjadi pelajaran bagi kita. Kita telah bernegosiasi, memberikan konsesi, dan berkompromi— tetapi tetap tidak memperoleh hasil yang kita inginkan. Dan meskipun memiliki banyak kekurangan, pihak lain tetap saja melanggar dan merusak perjanjian tersebut.
Belum jelas apa yang memicu pernyataan Khamenei itu. Namun, pernyataan tersebut muncul setelah Donald Trump menyatakan bahwa dia ingin berunding dengan Teheran, meskipun hari Selasa lalu dia menandatangani perintah eksekutif untuk kembali menerapkan kebijakan yang memberi 'tekanan maksimum' terhadap Iran."