CALLAO, KOMPAS.com – Suasana haru menyelimuti umat Katolik di Peru saat lonceng gereja berdentang pada Kamis (8/5/2025).
Mereka berkumpul untuk merayakan terpilihnya Paus Leo XIV, pemimpin baru Gereja Katolik yang dikenal dekat dengan masyarakat dan pernah mengabdi lama di negeri Andes itu.
Paus Leo XIV, yang memiliki nama asli Robert Francis Prevost, bukan sosok asing bagi rakyat Peru.
Baca juga:
Meski lahir di Chicago, Amerika Serikat, pria berusia 69 tahun ini telah menghabiskan puluhan tahun hidupnya di Peru sebagai misionaris dan kemudian menjabat sebagai uskup di Chiclayo, wilayah utara negara tersebut. Ia bahkan resmi menjadi warga negara Peru pada 2015.
"Dia orang baik, bahkan bagi mereka yang jahat," ujar Pastor Juan de Dios Rojas (73) kepada AFP saat ditemui di El Callao, kawasan pelabuhan dekat ibu kota Lima.
Di kapelnya yang sederhana, sebuah foto Paus Leo XIV terpajang menyambut jemaat. Kapel itu juga akan menggelar misa khusus pada Jumat (9/5/2025) bersamaan dengan misa kepausan di Kapel Sistina.
Kesederhanaan dan kepedulian pada kaum tertindas menjadi ciri khas Paus Leo XIV, sebagaimana diungkapkan Dios Rojas.
Ia menyebut Paus Leo XIV memiliki semangat yang sejalan dengan Paus Fransiskus dari Argentina, khususnya dalam memperjuangkan hak mereka yang hidup dalam kemiskinan.
"Dia sangat memperhatikan orang lain dan berusaha dengan segala cara untuk menjangkau orang-orang yang membutuhkan," katanya.
Saat pandemi Covid-19 melanda, Robert Prevost menetap selama setahun di El Callao. Meski terbatas oleh protokol kesehatan, ia tetap mengunjungi dapur umum di berbagai wilayah miskin.
"Ia menunjukkan kedekatan dan kesederhanaannya dengan orang-orang," kata Uskup El Callao saat ini, Luis Alberto Barrera.
Baca juga: Siapa Robert Prevost yang Jadi Paus Baru?
Ia juga menambahkan, Paus Leo XIV adalah sosok yang mudah beradaptasi. "Ia adalah orang yang sangat sederhana yang beradaptasi dengan segala hal, seperti misionaris yang baik."
Bagi banyak warga Peru, terpilihnya Paus Leo XIV menjadi momen membanggakan. Selain karena pernah mengabdi di Peru, ia juga telah menjadi bagian dari negara itu secara resmi.
"Paus adalah orang Peru. Itu adalah tanda bahwa Tuhan sedang mengirim seseorang yang akan menyelesaikan masalah negara ini," ujar Salvador Oliva Ramos (75), seorang pensiunan, di depan Katedral Lima.
"Ia makan ceviche!" tambahnya, merujuk pada makanan khas Peru yang disukai sang paus.