优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Setelah Dilanda Gempa, Myanmar Gelar Festival Thingyan dalam Suasana Berkabung

优游国际.com - 13/04/2025, 14:04 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Ribuan warga Myanmar memulai perayaan festival air "Thingyan" dalam suasana berkabung, setelah gempa bumi dahsyat melanda pada akhir Maret lalu.

Thingyan biasanya menjadi momen paling meriah di Myanmar, ditandai dengan ritual siram air sebagai simbol penyucian dan pembaruan jiwa menjelang Tahun Baru Myanmar.

Namun, tahun ini, perayaan itu terasa sunyi dan suram di kota-kota yang hancur seperti Mandalay dan Sagaing akibat gempa berkekuatan 7,7 magnitudo.

Baca juga: Jumlah Korban Tewas Gempa Myanmar Meningkat Jadi 3.354 Orang, 4.508 Terluka

Junta Myanmar bahkan memerintahkan agar festival Thingyan selama lima hari berlangsung tanpa musik dan tari-tarian.

Larangan ini dikeluarkan sebagai bentuk penghormatan terhadap para korban gempa.

Kota Runtuh, Warga Bertahan di Tenda

Lebih dari dua minggu pasca-bencana yang menewaskan lebih dari 3.600 orang, ribuan warga masih tinggal di tenda-tenda darurat yang tersebar di antara puing-puing apartemen, kedai teh, hingga hotel yang rata dengan tanah.

Kondisi mereka sangat memprihatinkan, di mana fasilitas MCK terbatas, air bersih harus diantre, dan prakiraan cuaca menunjukkan hujan deras akan segera turun.

Suhu siang hari mencapai 44 derajat Celsius, sementara malam hari mereka harus merasakan gigitan nyamuk.

Meski begitu, warga tetap berusaha menjaga tradisi. Pada Minggu (13/4/2025) pagi, orang-orang membeli pot tanah liat dan ranting tanaman sebagai simbol penyambutan tahun baru, walau banyak di antaranya tak lagi memiliki rumah untuk meletakkannya.

“Semua orang sedang kesusahan tahun ini,” kata Ma Phyu (55), warga yang kini tinggal di tenda bersama sembilan anggota keluarganya.

“Saya tetap menyiapkan pot bunga karena ini tradisi kami, tapi hati saya berat,” imbuhnya.

Anak-anak dalam keluarganya bahkan dilarang bermain air seperti biasanya agar mereka tak dianggap tidak berempati terhadap warga lain yang masih berduka.

Baca juga: UPDATE Gempa Myanmar: Korban Tewas Capai 3.000 Jiwa, WHO Ingatkan Risiko Wabah Kolera

Dikutip dari AFP, Minggu (13/4/2025), data resmi menyebutkan bahwa lebih dari 5.200 bangunan hancur, sementara PBB mencatat lebih dari dua juta orang membutuhkan bantuan mendesak.

Dalam hal ini, PBB telah mengajukan permohonan dana darurat sebesar 275 juta dollar AS (sekitar Rp 4,6 triliun).

Namun, pemotongan besar-besaran anggaran bantuan luar negeri oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump membuat beberapa operasi Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Myanmar lumpuh.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau