Oleh karena itu, Intiland mendesak pemerintah untuk segera menerbitkan regulasi Environmental, Social, and Governance (ESG) yang jelas dan terukur.
Intiland yang merupakan pengembang properti dengan pengalaman lebih dari empat dekade, menegaskan bahwa kemajuan perusahaan tidak hanya diukur dari profitabilitas semata, tetapi juga dari jejak keberlanjutannya.
Corporate Director Intiland Theresia Rustandi menuturkan, meskipun Intiland telah menunjukkan langkah signifikan dalam implementasi ESG, Theresia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menciptakan regulasi yang jelas dan terukur terkait ESG.
"Untuk kebutuhan ESG, yang sulit itu mungkin sinkronisasi kriteria yang harus dipenuhi," ujar Theresia menjawab 优游国际.com, Senin (19/5/2025).
Dia juga menyoroti potensi tumpang tindih atau ketidakjelasan standar yang dapat menghambat implementasi ESG secara efektif di kalangan pengembang.
Intiland, sebagai corporate founder Green Building Council Indonesia (GBCI), telah mengadopsi sertifikasi internasional yang diakui.
Perusahaan berharap pemerintah dapat mengacu pada standar yang sudah mapan ini agar tidak menciptakan ukuran baru yang justru membingungkan dan menghambat kemajuan.
"Jangan lagi membuat ukuran yang mungkin baru yang kita harus, sehingga kita tidak ada catch," tegas Theresia.
Kendati demikian Theresia mengakui bahwa insentif fiskal terkait ESG sebenarnya sudah ada, berupa keringanan pajak properti, pengurangan PPh, subsidi, hibah, dan percepatan depresiasi aset hijau.
"Namun, yang menjadi pertanyaan besar adalah bagaimana implementasi insentif ini dapat berjalan efektif dan menyentuh lebih banyak pengembang," ujarnya.
Menurutnya, keberadaan regulasi ESG yang jelas dan terstruktur dari pemerintah akan memberikan kepastian hukum, mendorong investasi hijau, dan menciptakan persaingan yang sehat di industri properti.
Tanpa regulasi yang jelas, implementasi ESG berpotensi berjalan parsial dan tidak optimal. Padahal, sektor properti memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan memberikan dampak sosial yang positif.
Langkah Konkret
Di sisi lain perusahaan secara aktif meminimalkan dampak negatif operasional dan pembangunan, berlandaskan prinsip membangun lingkungan yang sehat, berkualitas, serta berkontribusi pada kemajuan kota dan masyarakat.
Langkah konkret Intiland dalam mengimplementasikan praktik ESG di antaranya menerapkan konstruksi rendah emisi karbon dengan mengutamakan material lokal (radius 1.000 km) untuk menekan jejak karbon dan menjaga rantai pasok berkelanjutan.
Pemilihan material bangunan rendah karbon serta pelestarian vegetasi asli di area pengembangan menjadi bukti nyata komitmen ini.
Efisiensi energi juga menjadi prioritas. Seluruh bangunan Intiland dalam Laporan Keberlanjutan 2024 mencatatkan Indeks Konsumsi Energi (IKE) di bawah 250 kWh/meter persegi melampaui standar nasional.
Pengelolaan limbah pun menunjukkan hasil positif dengan penurunan volume sampah kelola sebesar 2,5 persen (44 ton) berkat inisiatif reduce, reuse, recycle.
Proyek South Quarter, misalnya, berhasil meningkatkan penggunaan air daur ulang hingga 47,8% dari total kebutuhan operasional.
Di aspek sosial, Intiland memberdayakan 735 pekerja lokal di berbagai proyek pada tahun 2024, menciptakan lapangan kerja langsung dan tidak langsung.
Tingkat kepuasan pelanggan mencapai 80 persen, menunjukkan kualitas produk dan layanan yang terjaga.
Perusahaan juga fokus pada pengembangan sumber daya manusia dengan total 8.575 jam pelatihan karyawan tahun 2024, meningkat signifikan dari tahun sebelumnya.
Kontribusi sosial Intiland juga tercermin dalam 40 kegiatan CSR yang berfokus pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, termasuk pembangunan infrastruktur, bantuan pendidikan, dan pemberdayaan generasi muda melalui Intiland Youth Panel.
Pengukuran dampak sosial melalui metode Social Return on Investment (SROI) menunjukkan hasil positif dengan nilai rata-rata 1,9 kali selama tahun 2024.
/properti/read/2025/05/20/082510221/pengembang-properti-desak-pemerintah-bikin-regulasi-esg-yang-jelas