Tim Redaksi
KOMPAS.com - Potongan fosil dinosaurus dari spesies pterosaurus ditemukan tim paleontologi dari universitas Portsmouth dan Bath.
Para ahli cukup terkejut dengan penemuan tersebut, pasalnya, fosil tersebut memiliki tekstur tulang yang tidak biasa, yang hanya dimiliki spesies pterosaurus.
Melansir Science Daily, Jumat (16/1/2020), para ahli menyadari potongan fosil tersebut adalah sepotong paruh yang panjang, ramping dan tidak bergigi. Awalnya, potongan fosil tersebut diasumsikan sebagai bagian dari tulang sirip ikan.
Profesor David Martill dari University of Portsmouth mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat pterosaurus sekecil itu sebelumnya.
"Bentuk paruhnya aneh sangat unik, pada awalnya fosil tidak dikenali sebagai seekor pterosaurus (reptil bersayap zaman dinosaurus), " tutur David.
Baca juga:
Tim selanjutnya melakukan pencarian secara hati-hati pada lapisan akhir Cretaceous Kem Kem di Maroko, di mana tulang istimewa ini ditemukan, untuk menyingkap lebih dalam tentang fosil dari hewan tersebut.
Akhirnya, dari analisis tersebut membuat tim menyimpulkan bahwa itu adalah spesies baru dengan paruh panjang kurus, seperti Kiwi.
"Menemukan rahang bawah yang cocok dengan rahang atas yang ditemukan oleh Dr Longrich dari fosil yang benar-benar unik ini," tutur Roy Smith, mahasiswa PhD University of Portsmouth, penulis utama penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Cretaceous Research.
Baca juga: Fosil Bulu Tertua Ditemukan, Ternyata Milik Dinosaurus Ini
Spesies baru, Leptostomia begaaensis, menggunakan paruhnya untuk menyelidiki kotoran dan lumpur untuk mangsa yang tersembunyi, berburu seperti sandpiper masa kini untuk menemukan cacing, krustasea, dan bahkan mungkin kerang kecil berkulit keras.
Lebih dari 100 spesies reptil bersayap ini telah diketahui, beberapa berukuran sebesar jet tempur dan lainnya berukuran kecil seperti burung pipit. Pterosaurus adalah sepupu dinosaurus yang kurang terkenal.
"Pola makan dan strategi berburu pterosaurus beragam, mereka kemungkinan besar memakan daging, ikan dan serangga," kata Profesor Martill.