KOMPAS.com - Ketika dua ular king kobra bertarung, mereka akan saling melilit, tubuhnya bergelung seperti dua tali tambang yang saling beradu kekuatan, kepala terangkat tinggi, lalu saling menekan, mencoba menjatuhkan satu sama lain ke tanah. Tapi, anehnya, tidak ada yang menggigit. Tak ada bisa yang disemburkan. Hanya pertarungan sunyi yang panjang dan memikat.
Kalau kita menyaksikannya tanpa tahu konteks, kita mungkin mengira ini adalah tarian cinta. Dan itu tidak sepenuhnya salah.
King kobra (Ophiophagus hannah) adalah salah satu ular paling mematikan di dunia. Mereka bisa membunuh gajah muda dengan sekali gigitan. Tapi ketika dua jantan bertemu saat musim kawin, mereka tidak saling serang dengan bisa—mereka bertarung dengan cara yang lebih “beradab”.
“King cobra itu berbisa—mereka bisa saling bunuh kalau mau,” kata Max Jones, ilmuwan konservasi satwa liar dari Virginia Tech. “Tapi nyatanya, mereka memilih tidak melakukannya.”
Daripada bertarung dengan gigitan, mereka malah adu kekuatan. Mereka saling lilit, mencoba menjatuhkan wajah lawan ke tanah. Pertarungan ini bisa berlangsung selama 30 menit atau lebih. Dan semua itu dilakukan demi satu tujuan: memperebutkan hak mendekati betina.
Baca juga: Asal-usul Kobra Ternyata dari Asia, Bukan Afrika
Jones mulai meneliti king kobra sejak tahun 2016 saat ia menjadi mahasiswa di Suranaree University of Technology, Thailand. Ia tergabung dalam proyek pelacakan ular di Cagar Biosfer Sakaerat. Mereka menggunakan alat pelacak radio kecil yang ditanamkan di tubuh ular untuk mengamati kebiasaan mereka di alam liar.
Suatu hari di tahun 2019, saat sedang berada di lapangan, Jones melihat langsung pertarungan ritual dua kobra jantan. “Itu luar biasa,” katanya. Beberapa bulan kemudian, ia mendapatkan rekaman video dari taman nasional lain, serta bukti pergerakan dua ular jantan yang menunjukkan adanya pertarungan di tempat berbeda.
Apa yang selama ini hanya muncul sekilas di video amatir YouTube, akhirnya bisa dicatat secara ilmiah untuk pertama kalinya.
Baca juga: 8 Perbedaan Ular Kobra dan King Kobra
Meski jumlah pertarungan yang berhasil diamati hanya tiga, semuanya terjadi di musim kawin. Walau tak ada betina terlihat, para peneliti yakin mereka ada di sekitar.
Yang menarik, pertarungan ini mirip gulat. Dua ular berusaha saling menekan kepala lawannya ke tanah. Tidak ada gigitan, tidak ada tudung kobra yang mekar. Padahal, tudung biasanya digunakan kobra untuk menakuti musuh. Tapi sesama kobra? Mereka tahu sama tahu. “Mereka tidak bisa saling tipu,” jelas Jones.
Pertarungan berakhir ketika salah satu ular—biasanya yang lebih kecil—memilih mundur. Tidak ada darah, tidak ada luka, hanya kemenangan diam yang menentukan siapa yang pantas mendekati betina.
Dalam rekaman, semua ular yang bertarung berukuran besar. Yang terkecil sekitar 3,5 meter, yang terbesar lebih dari 4 meter. Panjang tubuh ini penting, karena jika lawan terlalu kecil, pertarungan bisa berubah menjadi makan malam.
“King kobra memang pemangsa ular, bahkan kadang kanibal,” ujar Vinícius Mendes, ahli ular dari Brasil. “Kalau ukuran lawan jauh lebih kecil, bisa saja mereka saling gigit dan makan.”
Tapi karena dalam kasus ini ukuran relatif seimbang, mereka bertarung dengan ‘fair play’. Bagaimanapun, seekor kobra besar terlalu sulit untuk ditelan—secara harfiah.
Baca juga: 5 Ular Kobra Paling Berbahaya di Dunia
Satu pertarungan bisa berlangsung lama dan menguras energi. Bahkan setelah menang, sang pemenang belum tentu langsung kawin. Bisa jadi dia kelelahan dulu.