KOMPAS.com - Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya bahwa kobra dan kerabatnya, seperti ular karang dan mamba, berasal dari Afrika. Tapi sebuah studi terbaru mengungkap fakta mengejutkan: Elapoidea, superfamilia yang menaungi ular-ular berbisa tersebut, ternyata berevolusi di Asia, bukan di Afrika sebagaimana diyakini sebelumnya.
“Alasan utama ketidakpastian ini adalah karena kurangnya pemahaman tentang bagaimana spesies-spesies ini saling berkerabat,” ujar Jeffrey Weinell, penulis utama studi ini sekaligus ahli biologi evolusi di American Museum of Natural History.
Studi ini diterbitkan pada 7 Agustus 2024 di jurnal Royal Society Open Science, dan didasarkan pada analisis genetik skala besar serta data fosil dari berbagai wilayah.
Sebelumnya, dugaan bahwa Elapoidea berasal dari Afrika diperkuat oleh penemuan fosil ular file di Tanzania yang berasal dari zaman Oligosen (sekitar 23–33 juta tahun lalu). Fosil tersebut merupakan salah satu kerabat Elapoidea tertua yang pernah ditemukan. Namun, Weinell dan rekan-rekannya menantang anggapan ini dengan pendekatan baru.
Mereka menganalisis 3.128 bagian genom dari 65 spesies Elapoidea, serta menambahkan data dari 434 spesies ular lain yang diambil dari basis data genetika dan pengambilan sampel langsung. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk menyusun pohon evolusi dan memetakan distribusi geografis leluhur ular-ular tersebut.
Baca juga: 5 Ular Kobra Paling Berbahaya di Dunia
Temuan mereka menunjukkan bahwa:
Namun, bukti fosil dari wilayah Asia sangat terbatas.
“Asia yan beriklim tropis bukanlah tempat yang ideal untuk pelestarian fosil karena kondisi iklimnya,” jelas Weinell.
Hal ini mungkin menjelaskan mengapa fosil tertua Elapoidea ditemukan di Afrika, meskipun secara genetik asal-usulnya ternyata dari Asia.
Ular-ular Elapoidea dan Colubroidea bermigrasi keluar dari Asia menuju Afrika dalam rentang waktu antara 24,4 hingga 37,5 juta tahun lalu. Setelah itu, mereka menyebar lebih luas ke Eropa, Australasia (Australia dan sekitarnya), Amerika, bahkan ke lautan, melalui evolusi ular laut.
Saat ini, lebih dari 700 spesies dari kelompok ini ditemukan di hampir seluruh benua kecuali Antartika, dan juga di berbagai pulau terpencil.
Studi ini juga mengungkap betapa kompleksnya sejarah migrasi ular-ular ini. Misalnya Elapoidea dan Colubroidea memasuki Afrika dari Asia setidaknya 15 kali dalam sejarah evolusi. Sebaliknya, Asia juga dikolonisasi ulang dari Afrika setidaknya 7 kali
“Perpindahan mereka antara benua terjadi berkali-kali, menunjukkan betapa kompleks dan dinamisnya sejarah evolusi ular-ular ini,” kata Weinell.
Untuk jalur migrasi, para peneliti menduga ular-ular ini menggunakan jembatan darat purba (seperti saat masa air laut lebih rendah) dan bahkan melintasi perairan laut sempit.
Baca juga: Cara Menghindari Gangguan Ular Kobra di Rumah
Penelitian ini bukan hanya mengubah pandangan tentang asal-usul kobra dan ular berbisa lainnya, tetapi juga menunjukkan pentingnya analisis genetik skala besar dalam mengungkap sejarah evolusi.
“Saya tertarik untuk menyusun pohon kehidupan kelompok ini, lalu menggunakan pohon itu bersama informasi tentang spesies modern untuk memperkirakan di mana leluhur kelompok ini pernah hidup,” ungkap Weinell.
Sebagai penutup, seperti yang digambarkan oleh Rudyard Kipling dalam kisah fiksi klasik Rikki-Tiki-Tavi, kobra memang memiliki gerakan lincah yang mematikan. Tapi sekarang kita tahu, "gerakan cambuk" sang kobra kemungkinan besar berasal dari Asia — bukan Afrika.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.