KOMPAS.com - Langit bulan Mei menawarkan pemandangan menakjubkan bagi para pengamat bintang: hujan meteor, parade planet-planet terang, dan yang paling langka—kemunculan sebuah nova yang diprediksi akan bersinar terang di langit malam. Jangan lewatkan kesempatan langka ini, karena mungkin hanya akan terjadi sekali seumur hidup!
Baca juga: Apa Itu Supernova dan Bagaimana Proses Terjadinya? Ini Penjelasan Sains
Setiap awal Mei, langit malam dihiasi oleh hujan meteor Eta Aquarid. Fenomena ini berasal dari sisa debu yang ditinggalkan oleh Komet Halley saat melintasi orbit Bumi. Puncaknya terjadi pada dini hari tanggal 6 Mei, namun meteor juga dapat terlihat beberapa malam sebelum dan sesudahnya.
Meteor-meteor Eta Aquarid terkenal karena kecepatannya serta “jejak debu” yang tertinggal di langit beberapa detik setelah melintas. “Meskipun paling spektakuler di belahan Bumi Selatan, kita di belahan Utara masih bisa menyaksikan 10–20 meteor per jam,” jelas para astronom.
Tahun ini, kondisi pengamatan sangat ideal karena bulan akan tenggelam sekitar pukul 03.00 dini hari, meninggalkan langit gelap sempurna hingga fajar menyingsing.
Baca juga: Hujan Meteor Eta Aquarid Mencapai Puncaknya Malam Ini
Bulan Mei juga menjadi saat yang tepat untuk mengamati planet-planet terang dengan mata telanjang. Berikut panduan singkatnya:
Satu momen menarik terjadi pada 23 Mei, saat bulan sabit tipis akan berada di antara Venus dan Saturnus di langit timur menjelang subuh—pemandangan langit yang memesona untuk dinikmati.
Baca juga: Fotografer Paris Abadikan Parade Planet dengan Skala Sempurna
Selain meteor dan planet, para astronom kini sedang menantikan kemunculan sebuah nova—ledakan besar dari sistem bintang ganda yang terletak sekitar 3.000 tahun cahaya dari Bumi. Bintang tersebut bernama T Coronae Borealis (T CrB), bagian dari rasi bintang Corona Borealis atau “Mahkota Utara”.
Sistem ini terdiri dari dua bintang: sebuah raksasa merah dan bintang katai putih yang mengorbit sangat dekat. Gravitasi kuat dari katai putih menyedot hidrogen dari raksasa merah hingga akhirnya terjadi ledakan termonuklir—yang kita kenal sebagai nova.
“Ledakan seperti ini terjadi sekitar setiap 80 tahun sekali. Terakhir terjadi pada tahun 1946,” ungkap para peneliti. Saat nova terjadi, T CrB akan tampak seterang bintang Utara, Polaris, dan bisa dilihat tanpa teleskop. Lokasinya berada di antara dua bintang terang: Arcturus dan Vega, yang dapat ditemukan dengan bantuan “gagang” dari rasi bintang Biduk (Big Dipper).
Baca juga: Penemuan 4.000 Supernova Mengubah Pandangan Kita tentang Energi Gelap
Sinyal-sinyal awal sudah mulai muncul sejak pertengahan 2024, ketika para astronom mendeteksi peredupan mendadak pada T CrB—pola yang juga terjadi sebelum ledakan di tahun 1946. Meski waktu pastinya sulit diprediksi, para ahli memperkirakan ledakan bisa terjadi kapan saja dalam beberapa bulan mendatang.
Namun, keindahan itu tak berlangsung lama. “Cahaya nova hanya akan bersinar terang selama beberapa hari,” tegas para astronom. Karena itu, pengamat langit disarankan untuk mulai mengenal posisi rasi Corona Borealis dari sekarang—agar dapat langsung menyadari ketika bintang baru tiba-tiba muncul.
Baca juga: Supernova, Fenomena Ledakan Bintang di Akhir Hidupnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.