ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.

Tanah Afrika Selatan Terangkat, dan Penyebabnya di Luar Dugaan

ÓÅÓιú¼Ê.com - 10/05/2025, 17:46 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Bayangkan daratan yang perlahan naik dari permukaan laut, bukan karena gempa bumi atau letusan gunung api, tapi karena kekeringan. Fenomena tak biasa ini sedang terjadi di Afrika Selatan, dan ilmuwan kini mulai memahami penyebab di baliknya.

Menurut studi terbaru dari Universitas Bonn, daratan di Afrika Selatan secara perlahan naik sekitar dua milimeter per tahun, tergantung wilayahnya. Meskipun tampak kecil, pergerakan ini sangat signifikan dalam skala geologi.

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan menduga bahwa kenaikan ini disebabkan oleh aliran material panas dari dalam mantel bumi—sebuah teori geodinamik yang populer.

Namun, hasil studi terbaru membalikkan anggapan tersebut: kekeringan ekstrem dan berkurangnya massa air di bawah permukaan tanah mungkin adalah penyebab utama pengangkatan tanah ini.

“Kami percaya bahwa hilangnya air tanah dan air permukaan akibat kekeringan juga bisa menjadi penyebab tanah naik,” ujar Dr. Makan Karegar dari Institut Geodesi dan Geoinformasi, Universitas Bonn.

Baca juga: Benua Afrika Terbelah: Awal Munculnya Samudra Baru?

Bagaimana Kekeringan Bisa Mengangkat Tanah?

Karegar dan timnya—termasuk Christian Mielke, Dr. Helena Gerdener, dan Prof. Dr. Jürgen Kusche—menggunakan data dari stasiun GPS permanen di seluruh Afrika Selatan. GPS ini mampu mendeteksi pergerakan tanah secara vertikal dengan ketelitian hingga milimeter.

Data menunjukkan bahwa dari tahun 2012 hingga 2020, rata-rata permukaan tanah di negara tersebut naik hingga enam milimeter. Ketika tim mencocokkan data ini dengan pola curah hujan dan kekeringan di berbagai wilayah, mereka menemukan pola yang mencolok: wilayah yang mengalami kekeringan parah cenderung mengalami pengangkatan tanah yang lebih besar.

Baca juga: Seperti Apa Gletser Tertua di Dunia yang Ditemukan di Afrika Selatan?

Peran Satelit GRACE dalam Membaca Berat Air

Tim peneliti juga memanfaatkan data dari misi satelit GRACE, yang mengukur perubahan gaya gravitasi bumi dari orbit. Karena air memiliki massa, perubahan jumlah air di dalam tanah atau permukaan akan memengaruhi gaya tarik bumi di lokasi tersebut.

“Dari data GRACE, kita bisa menghitung perubahan total massa air – termasuk air permukaan, kelembapan tanah, dan air tanah,” jelas Christian Mielke.

Meskipun resolusi spasial GRACE relatif rendah (ratusan kilometer), pola umumnya sangat jelas: semakin kecil massa air di suatu wilayah, semakin besar kenaikan tanah yang terdeteksi oleh GPS. Hal ini diperkuat oleh model hidrologi yang lebih detail.

Baca juga: Bukti Gempa Bumi Paling Awal Ditemukan di Afrika

Seperti Bola Busa yang Dilepaskan Tekanannya

Mengapa tanah bisa naik saat kekeringan? Perumpamaan yang digunakan para peneliti cukup sederhana: bayangkan sebuah bola busa yang ditekan oleh air, lalu tekanan itu hilang. Tanah yang sebelumnya tertekan oleh berat air kini "mengembang" kembali, menyebabkan permukaan tanah naik.

Fenomena ini membuka cara baru dalam memantau tingkat keparahan kekeringan secara lebih akurat dan efisien. GPS permanen yang sudah ada di banyak negara dapat menjadi alat pemantau perubahan air tanah tanpa perlu biaya besar.

Baca juga: Apa Alasan Nenek Moyang Manusia Modern Meninggalkan Afrika?

Implikasi Besar untuk Masa Depan

Afrika Selatan bukan satu-satunya yang terdampak. Di Jerman sendiri, wilayah mengalami kenaikan tanah hingga enam milimeter akibat kekeringan antara 2012 hingga 2020. Kondisi serupa dapat terjadi di banyak bagian dunia seiring perubahan iklim memperburuk distribusi curah hujan.

“Kondisi ini memungkinkan kita mengetahui sejauh mana cadangan air tanah telah habis,” kata Mielke. “Informasi ini bisa menjadi dasar kapan kita harus mulai mengatur penggunaan air.”

Studi ini juga mengingatkan kita pada peristiwa di Kota Cape Town, Afrika Selatan, saat menghadapi krisis air parah antara tahun 2015–2019. Kota ini nyaris mencapai “day zero”, yaitu hari ketika pasokan air benar-benar habis.

Kesimpulannya, kenaikan tanah bukan hanya persoalan geologi murni. Kini, air—atau lebih tepat kekurangannya—menjadi aktor utama yang perlahan tapi pasti mengubah bentuk permukaan bumi. Sebuah pelajaran penting di tengah krisis iklim yang semakin nyata.

Baca juga: Bencana Kekeringan, Penyebab hingga Upaya Mitigasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita ÓÅÓιú¼Ê.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses ÓÅÓιú¼Ê.com
atau