KOMPAS.com – Salah satu sistem nilai tukar yang digunakan dalam kegiatan ekonomi internasional adalah sistem nilai tukar tetap.
Awal mula munculnya sistem moneter internasional, sistem nilai tukar tetap harus dijamin dengan cadangan emas yang dimiliki oleh negara.
Namun seiring berjalannya waktu, kewajiban tersebut berubah. Tidak ada lagi kewajiban untuk menjamin jumlah uang yang beredar dengan cadangan emas negara.
Dalam sistem nilai tukar tetap, mata uang suatu negara ditetapkan secara tetap terhadap mata uang asing tertentu. Contohnya mata uang rupiah ditetapkan secara tetap terhadap dollar AS (USD).
Dilansir dari buku Ekonomi Politik (2006) karya Deliarnov, kelebihan sistem nilai tukar tetap adalah nilainya stabil sehingga memudahkan pebisnis dalam melakukan transaksi.
Baca juga: Sistem Nilai Tukar: Definisi dan Sejarah
Di sisi lain, kelemahan dari sistem ini adalah terdapat kemungkinan nilai tukar yang ditetapkan terlalu tinggi (over valued) atau terlalu rendah (under valued).
Pasca era sistem Bretton Wood, sebagian besar negara di dunia mulai meninggalkan sistem ini. Hanya ada beberapa negara yang tetap menerapkan sistem ini.
Dilansir dari buku Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar (2004) karya Iskandar Simorangkir dan Suseno, dijelaskan bahwa ada dua alasan kenapa sistem ini ditinggalkan, yaitu:
Dengan menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai tukar mata uang domestik akan dapat lebih mahal dibandingkan dengan nilai sebenarnya.
Hal tersebut dapat menyebabkan harga barang-barang ekspor suatu negara menjadi lebih mahal di luar negeri sehingga daya kompetisi akan berkurang.
Baca juga: Sejarah Rupiah, Bermula dari Oeang Republik Indonesia
Di sisi impor, nilai tukar yang terlalu tinggi menyebabkan harga barang impor menjadi lebih murah sehingga impor dapat meningkat. Intinya, nilai tukar yang terlalu tinggi akan memperburuk neraca perdagangan suatu negara.
Negara-negara yang memiliki cadangan devisa sedikit akan rentan terhadap serangan nilai tukar. Sebab negara tidak memiliki cadangan devisa yang cukup untuk intervensi ke pasar valuta asing dalam rangka mempertahankan nilai tukar.
Alasan beberapa negara masih menggunakan sistem ini adalah dapat digunakan sebagai jangkar nominal. Jangkar nominal maksudnya adalah sistem nilai tukar ini dapat digunakan sebagai alat pengendali inflasi.
Dengan dipatoknya nilai tukar, harga barang impor akan relatif tetap sehingga inflasi yang berasal dari barang impor bisa dikendalikan.
Penerapan sistem nilai tukar tetap biasanya diimbangi dengan sistem devisa terkontrol. Dengan menerapkan kontrol devisa, maka ruang gerak pelaku pasar untuk menyerang nilai tukar bisa dibatasi.
Baca juga: Apa Itu Uang?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.