Atas perjuangannya, Bangun pun dijuluki Garamata atau mata merah.
Dalam melancarkan perjuangannya, Bangun melakukan kerja sama melalui lintas etnis dan agama yang menghasilkan kurang lebih 3000 pasukan.
Masa Muda
Kiras Bangun lahir di Tanah Karo, Sumatera Utara, pada 1852. Sewaktu muda, Kiras Bangun memang tidak pernah bersekolah di institusi pendidikan formal.
Kendati demikian, Kiras Bangun merupakan seorang yang cerdas. Ia berhasil menguasai bahasa Melayu dan aksara Karo setelah berkunjung ke Binjai.
Kiras Bangun juga mampu menulis dan membaca huruf latin. Keahliannya tersebut ia dapat karena sering melakukan perjalanan dari banyak kampung.
Keuntungan lain yang didapat adalah Kiras Bangun dapat membangun ikatan kekerabatan dengan masyarakat di sekitar Tanah Karo.
Kiras Bangun dikenal sebagai orang yang bijak. Ia telah menduduki beberapa jabatan, sebagai berikut:
Perjuangan
Pada 1870, Belanda tengah membuka perkebunan tembakau dan karet di daerah Langkat dan Binjai.
Kemudian, Belanda berniat memperluas lahannya hingga ke Tanah Karo.
Hal ini lantas mendorong Belanda untuk menjalin hubungan baik dengan Kiras Bangun.
Belanda memberikan janji kepada Kiras Bangun berupa uang, pangkat, dan senjata, tetapi Bangun tetp menolak untuk bekerja sama.
Pada 1902, Belanda mengirim Guillaume bersama sejumlah pengawal ke Tanah Karo untuk menyebarkan agama Kristen.
Mengetahui kejadian ini, Kiras Bangun segera memberi peringatan kepada mereka untuk bergegas meninggalkan Tanah Karo.
Guillaume akhirnya pergi setelah tiga bulan menetap.
Sejak saat itu, Kiras Bangun segera menghimpun kekuatan dengan melakukan musyawarah bersama dengan para pemimpin desa lain. Pasukan Urung terbentuk.
Tanggal 6 September 1904, Belanda memulai operasi militernya ke Tanah Karo. Belanda membawa pasukannya sejumlah 200 prajurit.
Pada 8 September, mereka berhasil sampai ke Kabanjahe. Belanda berhasil menaklukkan Lingga dan mengambil Lingga Julu.
Kiras Bangun kemudian segera memerintahkan pasukannya untuk mundur ke Batukarang.
Di Batukarang, serangan Belanda berhasil digagalkan oleh pasukan Karo. Namun, benteng pertahanan lain, Benteng Mbesuka, berhasil diruntuhkan Belanda.
Kiras Bangun kembali menarik pasukannya. Kali ini ke Kampung Nagari. Sayangnya, usahanya kali ini gagal karena Belanda berhasil menguasai Batukarang.
Selama 10 bulan sejak Batukarang direbut Belanda, Kiras Bangun tidak menyerah. Ia tetap melakukan perlawanan.
Akhir Perjuangan
Untuk menjebak Kiras Bangun, Belanda menawarkan pengampunan umum atau Opportinuteits Beginsiel terhadap pejuang Karo.
Banyak dari mereka yang kemudian menyerah dan diampuni oleh Belanda.
Dengan taktik ini, Belanda berhasil membuat Kiras Bangun keluar dari persembunyiannya.
Kiras Bangun tertangkap dan dibuang ke Riung. Kiras Bangun wafat pada 22 Oktober 1042 di Batukarang.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Kiras Bangun dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional pada 7 November 2005 melalui SK Presiden RI No. 82/TK/Taun 2005.
/stori/read/2021/07/01/170000479/kiras-bangun--masa-muda-perjuangan-dan-kematian