优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Tokoh-Tokoh Perang Batak

Salah satu penyebab Perang Batak adalah penolakan masyarakat Batak terhadap penyebaran agama Kristen oleh para misionaris Belanda.

Sisingamangaraja XII melihat Kristenisasi dijadikan alat pemerintah kolonial Belanda untuk menganeksasi wilayahnya.

Penolakan Sisingamangaraja XII sangat beralasan. Berdasarkan laporan resmi lembaga penginjilan Jerman, Rheinische Missions-Gessellschaft (RMG), yang bergerak di Sumatera dalam majalah BRMG tahun 1869 dan 1871, para misionaris pernah membuat pernyataan yang mendukung aneksasi tanah Batak.

Atas dasar itulah, meletus Perang Batak antara orang Batak di bawah pimpinan Sisingamangaraja XII melawan Belanda.

Siapa saja tokoh Perang Batak?

Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII adalah "raja" terakhir di tanah Batak yang menjadi pemimpin Perang Batak.

Masyarakat Batak memandang Sisingamangaraja tidak hanya sebagai pemimpin politik, tetapi juga sebagai seorang "raja" yang bersifat ilahi, yang memiliki kekuatan karismatik yang dapat memberi keselamatan, perlindungan, dan kesejahteraan.

Dengan adanya kepercayaan terhadap pemimpin seperti itu, masyarakat Batak yang terdiri atas banyak marga dapat disatukan dalam satu ikatan negeri.

Pada sekitar 1850-an, para misionaris Belanda telah berhasil mendapat kepercayaan sebagian masyarakat Batak.

Salah satu misionaris terkemuka saat itu adalah Ludwig Ingwer Nommensen, yang dianggap semacam tokoh suci oleh kalangan orang Batak Protestan.

Melihat kekuasaan Belanda semakin luas dan pengaruh para misionaris di tanah Batak semakin besar, Sisingamangaraja XII tidak tinggal diam.

Tuntutan Perang Batak cukup jelas, yakni mengusir tentara Belanda dari tanah Batak dan menolak kehadiran para misionaris yang menyebarkan agama Kristen.

Alasan Sisingamangaraja XII menentang Kristenisasi yang dilakukan Belanda adalah adanya kekhawatiran bahwa perkembangan agama Kristen akan menghilangkan tatanan tradisional masyarakat Batak, khususnya dalam hal kepercayaan dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada sejak zaman dulu.

Selain itu, Sisingamangaraja XII beranggapan bahwa Kristenisasi merupakan alat pemerintah kolonial Belanda untuk menganeksasi wilayahnya.

Pada 1877, Sisingamangaraja XII bekerja sama dengan Aceh untuk mengusir para misionaris yang dianggap sebagai pelopor kekuasaan Belanda.

Kemudian, pada Januari 1878, para misionaris diperintahkan untuk segera meninggalkan wilayah Sisingamangaraja XII.

Peristiwa pengusiran itu membuat para misionaris meminta bantuan tentara Belanda, yang memicu Perang Batak.

Karena ketidakseimbangan persenjataan dan jumlah prajurit, kekalahan demi kekalahan diderita Sisingamangaraja XII.

Sejak itu, Sisingamangaraja melakukan perang gerilya, hingga akhirnya ditemukan oleh Kapten Hans Christoffel.

Sisingamangaraja XII tewas dalam pertempuran melawan pasukan Hans Christoffel pada 17 Juni 1907.

Pertempuran itu juga menewaskan dua putra Sisingamangaraja XII serta empat orang panglima Batak.

Hans Christoffel

Selain Sisingamangaraja XII, tokoh utama dalam Perang Batak adalah Kapten Hans Christoffel.

Pada 1906, Belanda mendatangkan Hans Christoffel, Kapten Marsose yang terkenal hebat.

Ia ditugaskan untuk memburu Sisingamangaraja XII, yang masih bergerilya dan menolak untuk menyerahkan diri.

Dengan satu detasemen Marsose, Christoffel mulai melakukan pencarian dan berhasil menangkap istri, ibu, dan dua putra Sisingamangaraja XII.

Tidak lama kemudian, lokasi Sisingamangaraja XII pun ditemukan dan terjadi pertempuran sengit.

Hans Christoffel berhasil mengalahkan Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907.

Dengan tewasnya Sisingamangaraja XII, secara praktis Perang Batak berakhir dan Belanda benar-benar menguasai tanah Batak.

Selain Sisingamangaraja XII dan Kapten Hans Christoffel, berikut ini tokoh-tokoh Perang Batak.

  • Ludwig Ingwer Nommensen
  • Sipangarebar
  • Ompu Sosuhaton
  • Kapten Genet
  • Kapten La Parre

Referensi:

  • Simanjuntak, Bungaran Antonius. (2006). Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba hingga 1945: Suatu Pendekatan Antropologi Budaya dan Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

/stori/read/2023/10/18/160000979/tokoh-tokoh-perang-batak

Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke