KOMPAS.com - Menjelang Soeharto lengser dari jabatan presiden Republik Indonesia, ribuan mahasiswa duduki gedung DPR/MPR di Senayan, Jakarta sejak 18 Mei 1998.
Mahasiswa memadati gedung DPR/MPR dan kompleks parlemen untuk menyampaikan aspirasinya. Mereka naik ke atap gedung DPR hingga masuk ke dalam lorong dan ruang lobi.
Sejak pagi, mahasiswa telah berdatangan untuk melaksanakan demonstrasi di gedung DPR/MPR. Mereka datang dari berbagai universitas dengan menaiki bus carteran atau kendaraan masing-masing.
Baca juga: Krisis Ekonomi dan Politik Menjelang Reformasi 1998
Forum Kota merupakan salah satu organisasi yang menampung mahasiswa saat itu dalam aksi demonstrasi mahasiswa 1998.
Melansir , salah satu aktivis 1998, Savic Ali, menuturkan Forkot membawa sekitar 9.000 orang ke gedung DPR/MPR. Saat itu, mereka tak punya rencana menduduki gedung DPR/MPR.
Di saat bersamaan, tutur Savic, beberapa perwakilan mahasiswa juga telah bertemu pimpinan DPR di dalam gedung. Namun, negosiasi antara Forkot dengan aparat untuk penambahan delegasi justru jadi pintu masuk mahasiswa merangsek ke dalam gedung.
Baca juga: Apa Penyebab Krisis Moneter 1997-1998 di Indonesia?
"Begitu gerbang dibuka sedikit, langsung ditarik oleh teman-teman dari kanan dan kiri. Akhirnya ribuan orang masuk," kata Savic Ali.
Faktor keamanan yang longgar menyebabkan mahasiswa mudah masuk ke dalam gedung DPR/MPR. Peristiwa ini segera menjadi perhatian di tingkat nasional dan internasional.
Seiring berjalannya waktu, mahasiswa yang menduduki gedung DPR kian bertambah. Massa bertahan di gedung DPR untuk menginap sampai Soeharto lengser dari kursi presiden.
Baca juga: Kronologi Reformasi 1998
Massa yang berkumpul di gedung DPR/MPR tak hanya berasal dari kalangan mahasiswa. Sejumlah tokoh juga turut datang untuk menyampaikan dukungan.
Sebut saja, Dimyati Hartono, salah satu tokoh Gerakan Reformasi Nasional, serta Ketua PP Muhammadiyah Amien Rais. Di hari yang sama, pimpinan DPR menyampaikan satu pernyataan penting.
Pimpinan DPR yang terdiri dari Ketua Harmoko, Wakil Ketua Ismail Hasan Metareum, Syarwan Hamid, Abdul Gafur dan Fatimah Achmad itu menyarankan Soeharto mundur dari jabatan presiden.
Baca juga: Penjarahan dan Pembakaran Kerusuhan Mei 1998: Lokasi dan Pelakunya
Situasi keamanan yang tak stabil akibat demonstrasi besar-besaran dan pendudukan gedung DPR/MPR akhirnya berujung pada keputusan Soeharto mundur sebagai presiden.
Setelah 32 tahun menjadi penguasa, Soeharto menyatakan untuk berhenti dari jabatan presiden RI. Ia menyerahkan mandat sebagai presiden kepada wakilnya, BJ Habibie.
Setelah pengunduran diri Soeharto, maka era Reformasi telah mulai bergulir. Era ini ditandai dengan pelaksaan agenda Reformasi yang berisi poin-poin berikut:
Refrensi: