优游国际

Baca berita tanpa iklan.
Darwin Darmawan
Pendeta

Sekertaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), Pendeta Gereja Kristen Indonesia (GKI)

Covid-19, Rasa Takut dan Wajah Asli Demokrasi

优游国际.com - 07/06/2021, 13:24 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di
Editor

Ketika Cina melakukan lock down terhadap 50 juta orang di Provinsi Wuhan, penularan Covid-19 berkurang. Pandemi bisa terkendali dan teratasi.

Kisah sukses Vietnam dalam menghadapi pandemi covid juga disebabkan penanganan yang terpusat melalui mata-mata militer yang langsung mengawasi pemukiman penduduk.

Ini berbeda dengan apa yang terjadi di Amerika. Di negara demokrasi liberal tersebut, penghargaan terhadap pendapat tiap individu membuat pemerintah sulit menerapkan kebijakan yang wajib dipatuhi oleh seluruh rakyat.

Jadi, sekali lagi, benarkah apa yang dikatakan Arendt bahwa karena ketakutan, demokrasi akan mundur?

Sebagian besar rakyat memang takut karena pandemi Covid-19 ini. Tetapi berbeda dengan apa yang Arendt katakan, alih-alih lumpuh karena ketakutan dan tidak melakukan tindakan politik apa-apa, rakyat di banyak negara melakukan aksi solidaritas yang kreatif dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini.

Di Inggris misalnya. Ketika pemerintah meminta rakyat menjadi sukarelawan untuk National Health Service (NHS) yang kekurangan tenaga untuk membantu pasien Covid-19, 750.000 orang mendaftarkan diri untuk menjadi pasukan sukarelawan.

Jika mendefinisikan politik sebagai upaya bersama menghadirkan kebaikan untuk rakyat, maka ketakutan karena covid -19 yang dirasakan rakyat Inggris mendorong mereka melakukan tindakan politik secara berani. Mereka keluar dari ketakutan dan berjuang membantu NHS.

Di Indonesia hal yang serupa terjadi. Di banyak tempat, masyarakat menunjukkan solidaritas secara kreatif untuk membantu sesamanya yang terpapar Covid-19.

Di beberapa perumahan, baik di desa atau kota, penghuninya bahu membahu membantu tetangga yang terinfeksi Covid-19.

Mereka rutin dan bergantian mengirimkan makanan, vitamin, obat-obatan, agar tetangganya yang sakit bisa menjalani isolasi mandiri secara baik.

Gerakan solidaritas membantu tenaga kesehatan juga terjadi di berbagai daerah. Masyarakat Indonesia bahu membahu mengumpulkan dana untuk memberikan vitamin dan APD kepada tenaga kesehatan.

Melihat fenomena di atas, tesis Arendt rasanya tidak terjadi dalam konteks pandemi Covid-19 ini.

Memang rasa takut karena pandemi ini terkesan mengorbankan demokrasi dan kebebasan manusia. Tetapi kesan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Ketakutan yang disebabkan karena pandemi ini justru memunculkan wajah demokrasi yang sesungguhnya; kekuatan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Rakyat bahu membahu mengatasi pandemi Covid -19. Rakyat di banyak negara rela mengorbankan hak berserikat, beragama secara kolektif karena takut akan bahaya Covid-19.

Tetapi rakyat mampu mengatasi ketakutan ketika terpanggil untuk membantu sesamanya yang membutuhkan. Mereka mewujudkan praksis solidaritas untuk sesama, dalam rangka mengatasi pandemi ini.

Rasanya, inilah wajah sesungguhnya dari demokrasi. Semoga, virtue demokrasi seperti ini bisa terus dihidupi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau