KOMPAS.com - Bulan Ramadhan telah memasuki sepuluh hari terakhirnya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, disebutkan bahwa sepuluh malam terakhir Ramadhan memiliki keutamaan terbebas dari api neraka.
Grand Syeikh Al-Azhar, Kairo Dr Ahmad Thayib mengatakan, Lailatul Qadar berarti suatu malam ampunan, diterimanya semua amal, dan dijauhkan dari api neraka.
Inilah alasan mengapa ibadah di malam Lailatul Qadar disebut lebih baik dari seribu bulan.
"Di dalam Lailatul Qadar, malaikat turun ke Bumi untuk memberi salam kepada umat Islam yang berpuasa dan memohonkannya ampunan," kata Dr Thayib, dikutip dari laman
Karena keutamaan dan keagungan itu, Allah merahasiakan malam Lailatul Qadar di antara sepuluh hari terakhir Ramadhan.
Hal ini dimaksudkan agar orang Islam bersungguh-sungguh dalam beribadah dan menghidup-hidupkan malam bulan suci Ramadhan.
Baca juga: Ramadhan Akan Berlangsung Dua Kali dalam Setahun pada 2030, Kok Bisa?
Meski tak ada yang tahu secara pasti waktu turunnya Lailatul Qadar, sejumlah ulama telah membuat kaidah atau cara menentukannya.
Termasuk di antara ulama yang membuat kaidah waktu Lailatul Qadar adalah Imam Ghazali.
Dalam I'anatu at-Thalibin, Imam Ghazali mengatakan bahwa waktu turunnya Lailatul Qadar dapat diketahui dari hari permulaan Ramadhan.
Berikut rinciannya:
Baca juga: Malam Lailatul Qadar, Ciri-ciri, dan Keistimewaannya