Di tingkat internasional, Erdogan memperkuat kebijakan luar negeri yang lebih independen dan agresif. Ia meningkatkan peran Turkiye dalam konflik regional seperti Suriah dan Libya serta memperkuat hubungan dengan Rusia dan China, meskipun hubungan dengan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dan Uni Eropa, mengalami pasang surut.
Erdogan telah lama menjalin hubungan dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan berupaya memainkan peran penting sebagai mediator dalam konflik di Ukraina. Meskipun menjadi pemimpin negara NATO, dia membeli sistem pertahanan anti-rudal Rusia dan memilih Rusia untuk membangun reaktor nuklir pertama di Turkiye.
Namun, kebijakan ekonomi Erdogan dalam beberapa tahun terakhir menuai kritik. Inflasi yang tinggi dan depresiasi nilai mata uang Lira membuat kondisi ekonomi Turkiye semakin sulit.
Selain itu, tindakan keras terhadap media dan oposisi politik menimbulkan kekhawatiran terkait kebebasan berbicara dan hak asasi manusia di Turkiye.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Erdogan tetap menjadi sosok politik yang paling berpengaruh di Turkiye modern, dengan kebijakan-kebijakan yang terus membentuk arah negara tersebut. Menjelang pemilu tahun 2023, dia berusaha untuk memperkuat kredibilitasnya di mata para pemilih nasionalis dan konservatif dengan menuduh negara-negara Barat menentangnya.
Erdogan keluar sebagai pemenang lagi dalam pemilu itu, untuk masa jabatan ketiga. Dengan kemenangan ini, Erdogan akan menjabat Presiden Turkiye hingga tahun 2028.
Baca juga: Erdogan ke Indonesia, Prabowo Siap Sambut di Istana Bogor
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.