KOMPAS.com - Sudah bukan rahasia lagi bahwa berat badan berlebih atau obesitas berdampak buruk bagi kesehatan. “Seiring bertambahnya berat badan, risiko masalah serius seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan penyakit jantung juga ikut meningkat,” ujar Dr. Leslie Cho, seorang ahli jantung dikutip Cleveland Clinic.
Namun, ukuran tubuh bukan satu-satunya angka yang penting untuk diperhatikan. Bentuk tubuh pun berperan besar dalam menilai risiko kesehatan seseorang.
Lalu, bagaimana cara mengetahui apakah bentuk tubuh kita sudah ideal atau justru perlu diperbaiki? Berikut beberapa angka kunci yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi risiko — tenang saja, hitungannya tidak rumit!
Kemungkinan besar kamu sudah pernah mendengar istilah BMI atau Body Mass Index (dalam bahasa Indonesia: Indeks Massa Tubuh). BMI menghitung estimasi lemak tubuh seseorang berdasarkan tinggi dan berat badannya. Kategori BMI biasanya dibagi sebagai berikut:
Menurut Dr. Cho, BMI adalah indikator risiko yang cukup akurat untuk kebanyakan orang. “Bagi mayoritas masyarakat, BMI merupakan indikator risiko yang cukup baik,” ujarnya.
Namun, BMI bukanlah alat yang sempurna. Atlet dengan massa otot besar bisa memiliki BMI tinggi meskipun kadar lemak tubuhnya rendah. Sebaliknya, orang lanjut usia yang kehilangan massa otot mungkin memiliki BMI yang tampaknya normal, tapi menyembunyikan risiko kesehatan.
Selain itu, lokasi penyimpanan lemak dalam tubuh juga berpengaruh. Bisa saja seseorang memiliki BMI normal, tapi tetap berisiko tinggi terkena penyakit jantung jika lemak tubuhnya menumpuk di area yang salah.
Baca juga: Mengapa Perut Makin Buncit dengan Bertambahnya Usia?
Kamu mungkin berpikir bahwa lemak tubuh hanya membuat kurang percaya diri saat di pantai atau kesulitan memakai celana yang sempit. Tapi sebenarnya, sel-sel lemak sangat aktif.
“Kita dulu mengira lemak hanya ‘nongkrong’ di tubuh, tapi ternyata tidak begitu,” jelas Dr. Cho. “Sel lemak sangat aktif. Mereka melepaskan hormon dan zat kimia lain yang bisa memicu peradangan.”
Peradangan ini berhubungan dengan peningkatan risiko berbagai penyakit serius seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Dan sayangnya, lemak di area perut—alias perut buncit—merupakan salah satu jenis lemak yang paling aktif secara biologis.
Dari sudut pandang penyakit jantung, bentuk tubuh buah pir (pinggul besar, pinggang kecil) jauh lebih baik daripada bentuk apel (perut besar).
Baca juga: Lingkar Pinggang Besar, Ancaman Serius bagi Kesehatan
Jika ingin mengetahui risiko kesehatanmu, ukuran lingkar pinggang adalah angka penting yang wajib diperhatikan. Sebuah studi yang dimuat dalam Journal of the American Heart Association menemukan bahwa ukuran pinggang lebih akurat daripada BMI dalam memprediksi risiko serangan jantung, terutama pada wanita.
Berikut beberapa ukuran yang bisa digunakan:
Baca juga: Jenis Olahraga Terbaik untuk Menghilangkan Perut Buncit Menurut Sains
Perlu berapa banyak perhitungan untuk menjaga kesehatan? Menurut Dr. Cho, menghitung semua angka ini bisa memberi gambaran yang lebih jelas tentang risiko kita masing-masing. Tapi jika kamu tidak terlalu suka berhitung, cukup fokus pada BMI dan lingkar pinggang saja — keduanya sudah cukup baik sebagai indikator awal.
“Dunia ini sangat sibuk. Saya ingin orang-orang memahami risiko mereka dengan cara yang paling sesuai dan mudah,” ungkap Dr. Cho.
Pada akhirnya, angka-angka ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan menjadi pemicu perubahan gaya hidup yang lebih sehat. Bahkan penurunan berat badan yang sedikit saja bisa membawa dampak besar bagi kesehatan jantung.
“Kadang hal yang paling sulit dilakukan justru yang memberi perbedaan terbesar,” tutup Dr. Cho. “Kalau kamu kelebihan berat badan, sangat penting untuk mulai mengubah pola makan dan rutinitas olahraga.”
Baca juga: 7 Cara Termudah Kecilkan Perut Buncit Menurut Sains
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.