ÓÅÓιú¼Ê

Baca berita tanpa iklan.
Salin Artikel

Kasus Campak di Eropa Naik Hampir 45 Kali Lipat, WHO Beri Peringatan

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkap ada peningkatan kasus campak yang mengkhawatirkan di Eropa, hampir 45 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

Para kepala kesehatan pun memperingatkan banyak kasus masih dapat meningkat, serta mendesak upaya pencegahan penyebaran lebih lanjut.

Akhir tahun lalu, sekitar 43.200 orang dilaporkan terinfeksi campak sepanjang 2023. Angka ini naik drastis dari sepanjang 2022, yang hanya dilaporkan sebanyak 941 orang.

Dilansir dari laman BBC, Rabu (24/1/2024), WHO meyakini kondisi ini disebabkan hanya sedikit anak-anak yang menerima vaksinasi penyakit selama pandemi Covid-19.

Pejabat kesehatan Inggris menuturkan, wabah campak yang sangat menular berkembang di West Midlands, menyebar dengan cepat ke kota-kota lain dengan tingkat vaksinasi rendah.

Padahal, data kesehatan menyebut, lebih dari 3,4 juta anak di bawah usia 16 tahun di negara ini tidak terlindung dan berisiko tertular penyakit campak.

Kondisi ini cukup miris mengingat Inggris sempat dicap negara bebas campak karena dinilai sukses memberantas pada September 2017.

Jutaan orang tua dan wali pun dihubungi dan didesak untuk memastikan anak-anak mendapatkan vaksinasi campak secara lengkap.

Dikutip dari The Guardian, Rabu, vaksin MMR untuk penyakit campak, gondok, dan rubella tergolong sangat efektif untuk melindungi anak-anak.

Kendati demikian, hanya 85 persen anak-anak yang mulai bersekolah di sekolah dasar di Inggris yang telah mendapatkan kedua suntikan tersebut.

"Kami telah melihat, di kawasan ini, tidak hanya peningkatan kasus campak, tetapi juga hampir 21.000 rawat inap dan lima kematian terkait campak. Ini memprihatinkan," ujar Direktur Regional WHO, Hans Kluge.

Dia melanjutkan, vaksinasi adalah satu-satunya cara untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang berpotensi berbahaya ini.

Kepala Departemen Penyakit Menular di King's College London, Prof Stuart Neil mengatakan, peningkatan kasus campak di Inggris sebagian disebabkan karena pandemi.

Masyarakat dan pemerintah yang fokus pada Covid-19 akhirnya "mengabaikan" vaksinasi terhadap banyak penyakit, termasuk campak.

Tantangan lain, anak-anak yang melewatkan dosis pertama antara 2020 dan 2022 kini berusia lebih tua dari kelompok usia yang mendapat program vaksinasi.

Di Inggris, vaksin MMR diberikan dalam dua dosis. Dosis pertama sekitar usia satu tahun dan dosis kedua saat anak berusia sekitar tiga tahun empat bulan.

Namun, jika seorang anak lahir pada masa pandemi, mereka mungkin melewatkan vaksinasi dan perlu menyusulnya.

"Tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan vaksinasi," kata Kepala Eksekutif British Society for Immunology, Doug Brown.

Terpisah, dokter anak di Rumah Sakit Great Ormond Street di London, David Elliman menyebutkan, menurunnya tingkat vaksinasi dan hilangnya status bebas campak di Inggris juga disebabkan ketidaktahuan masyarakat mengenai risiko penyakit ini.

"Karena keberhasilan program imunisasi di Inggris, banyak orangtua yang tidak memiliki pengalaman langsung terkena campak," kata Elliman.

"Akan menjadi tragedi besar jika kita harus belajar dari kematian anak-anak yang menyedihkan, sebelum penyakit ini dianggap serius," lanjutnya.

Pemberian suntikan dosis pertama vaksin MMR dilaporkan turun dari 96 persen pada 2019 menjadi 93 persen pada 2022 di seluruh Eropa.

Sementara itu, serapan dosis kedua turun dari 92 persen menjadi 91 persen pada periode yang sama.

Meski tampak kecil, penurunan jumlah vaksinasi penyakit campak ini mencakup lebih dari 1,8 juta anak di Eropa.

"Pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap kinerja sistem imunisasi pada periode ini, mengakibatkan akumulasi anak-anak tidak (divaksinasi) dan kurang mendapat vaksinasi," lapor WHO.

Dengan kembali maraknya perjalanan internasional, risiko penyebaran campak melintasi perbatasan negara menjadi jauh lebih besar, terutama pada populasi minim vaksinasi.

Bahkan, menurut WHO, negara-negara yang telah mencapai status eliminasi campak pun berisiko terkena wabah besar.

Campak dapat menjadi penyakit berbahaya yang menyerang semua usia. WHO mengatakan, campak telah menyerang semua kelompok umur pada tahun lalu, baik tua maupun muda.

Secara keseluruhan, dua dari lima kasus terjadi pada anak-anak berusia 1-4 tahun, dan satu dari lima kasus terjadi pada orang dewasa berusia 20 tahun ke atas.

Antara Januari dan Oktober 2023, sebanyak 20.918 orang di Eropa dilaporkan dirawat di rumah sakit karena campak. Sementara di dua negara, lima kematian terkait campak juga dilaporkan.

Penyakit campak sering kali diawali dengan gejala demam tinggi dan ruam, yang biasanya akan hilang dalam waktu 10 hari.

Namun, campak dapat memicu komplikasi serius berupa pneumonia, meningitis, dan kebutaan.

Bayi yang masih terlalu muda untuk menerima vaksin, wanita hamil, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah adalah kelompok paling berisiko terkena campak.

Selama kehamilan, campak dapat menyebabkan bayi lahir mati, keguguran, dan bayi lahir dengan berat badan rendah.

Melonjaknya kasus campak membuat semua negara di kawasan Eropa diminta untuk mendeteksi dan merespons wabah dengan cepat, serta memberikan vaksin kepada masyarakat.

/tren/read/2024/01/25/153000365/kasus-campak-di-eropa-naik-hampir-45-kali-lipat-who-beri-peringatan

Terkini Lainnya

Minat Vasektomi Minim di Indonesia, Dokter Ini Sebut Beberapa Faktornya…

Minat Vasektomi Minim di Indonesia, Dokter Ini Sebut Beberapa Faktornya…

Tren
Apakah Vasektomi Menyakitkan? Simak Penjelasan Dokter Ini…

Apakah Vasektomi Menyakitkan? Simak Penjelasan Dokter Ini…

Tren
Memahami Hipertensi Resisten: Ketika Tekanan Darah Tinggi Sulit Diturunkan

Memahami Hipertensi Resisten: Ketika Tekanan Darah Tinggi Sulit Diturunkan

Tren
Bali 'Blackout' Hari Ini, PLN: Dipicu Kabel Bawah Laut yang Rusak

Bali "Blackout" Hari Ini, PLN: Dipicu Kabel Bawah Laut yang Rusak

Tren
Viral, Video Ketok Palu untuk Atasi Sakit Punggung, Ini Tanggapan Dokter Ortopedi

Viral, Video Ketok Palu untuk Atasi Sakit Punggung, Ini Tanggapan Dokter Ortopedi

Tren
Kronologi Bali Blackout Hari Ini: Listrik Mendadak Padam, PLTU Diduga Gangguan

Kronologi Bali Blackout Hari Ini: Listrik Mendadak Padam, PLTU Diduga Gangguan

Tren
Arkeolog Temukan Harta Karun di Makam Kuno yang Belum Tersentuh Sama Sekali

Arkeolog Temukan Harta Karun di Makam Kuno yang Belum Tersentuh Sama Sekali

Tren
Donald Trump Jadi Sorotan Perayaan May Day di Banyak Negara, Kenapa?

Donald Trump Jadi Sorotan Perayaan May Day di Banyak Negara, Kenapa?

Tren
BMKG: Puncak Musim Kemarau 2025 Diprediksi Tidak Serentak, Berikut Daftar Wilayahnya

BMKG: Puncak Musim Kemarau 2025 Diprediksi Tidak Serentak, Berikut Daftar Wilayahnya

Tren
Media Asing Soroti Bali 'Blackout' Hari Ini, Apa Kata Mereka?

Media Asing Soroti Bali "Blackout" Hari Ini, Apa Kata Mereka?

Tren
Bukan Hanya Gula, Makanan Ini Juga Bisa Picu Diabetes Menurut Dokter

Bukan Hanya Gula, Makanan Ini Juga Bisa Picu Diabetes Menurut Dokter

Tren
Studi Baru: Sering Gunakan Emoji Jadi Salah Satu Ciri Orang Narsistik

Studi Baru: Sering Gunakan Emoji Jadi Salah Satu Ciri Orang Narsistik

Tren
Kaki Kiri Pria di Hong Kong Ini Diamputasi Usai Jalani Akupuntur, Kok Bisa?

Kaki Kiri Pria di Hong Kong Ini Diamputasi Usai Jalani Akupuntur, Kok Bisa?

Tren
Tanda-tanda Gula Darah Tinggi di Malam Hari yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tanda-tanda Gula Darah Tinggi di Malam Hari yang Sering Diabaikan, Apa Saja?

Tren
Dedi Mulyadi Rencanakan Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos di Jabar, Berapa Biayanya?

Dedi Mulyadi Rencanakan Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos di Jabar, Berapa Biayanya?

Tren
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi ÓÅÓιú¼Ê.com
Network

Copyright 2008 - 2025 ÓÅÓιú¼Ê. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke