KOMPAS.com - Unggahan foto yang memperlihatkan gumpalan rambut rontok ramai di media sosial.
Unggahan tersebut dimuat di akun X (Twitter) @ pada Kamis (16/11/2023).
"Teman-teman, adakah dr kalian yg prnh stress parah krna kerja smpai rambut rontok?Rambutku rontok parah sampai hampir botak," tulis pengunggah.
"Aku baru ngeh akhir2 ini, stress tuh ngaruh gak yaa? Krna kerjaanku jd avatar (ngrangkep 12 jobdesk)," tambahnya.
Lantas, benarkah stres dapat menyebabkan rambut rontok dan memicu kebotakan?
Baca juga: Manfaat dan Efek Samping Magnesium: Mengurangi Stres dan Bikin Tidur Lebih Nyenyak
Dokter spesialis kulit dan kelamin dari RSUD Prof Dr Margono Soekarjo, Ismiralda Oke Putranti membenarkan bahwa stres dapat menyebabkan rambut rontok.
"Iya betul, terutama stres yang cukup berat ya yang memicu kerontokan rambut hingga kebotakan," ujarnya kepada ÓÅÓιú¼Ê.com, Jumat (17/11/2023).
Ia menjelaskan, dalam siklus pertumbuhan rambut, terdapat beberapa fase, yakni:
1. Fase pertama
Pada fase pertama atau fase pertumbuhan rambut (anagen) akan berlangsung selama 3-10 tahun.
Ada sebanyak 80-90 persen rambut ada dalam fase anagen, sehingga bisa tumbuh panjang.
2. Fase kedua
Selanjutnya, ada fase kedua yang merupakan fase peralihan (katagen). Fase ini dapat berlangsung 2-3minggu.
3. Fase ketiga
Fase ketiga disebut sebagai fase istirahat (telogen) sebelum rambut rontok. Fase istirahat ini dapat berlangsung kurang lebih 3 bulan.
"Nah, stressor yang berat akan mendorong rambut yang tadinya dalam fase anagen secara mendadak terdorong masuk ke fase telogen, sehingga rambut menjadi rontoknya banyak," terang Ismiralda.
Baca juga: Apakah Minum Teh Bisa Membantu Mengatasi Stres dan Depresi?
Stressor merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya respons stres. Stressor ini dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun sosial.
Ismiralda memberikan contoh, stressor yang sering membuat kerontokan rambut (telogen effluvium). Kondisi ini ditandai dengan rambut rontok secara berlebihan dan tiba-tiba.
Namun demikian, kerontokan rambut tersebut umumnya tidak permanen dan bisa kembali.
"Telogen effluvium bisa terjadi setelah melahirkan, rawat inap, demam tinggi, operasi, mutasi kerja, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), putus cinta, dan lainnya," ungkap Ismiralda.
"Jadi stressor tidak hanya psikis tapi juga fisik," imbuhnya.
Baca juga: Waspada Pengaruh Stres terhadap Kondisi Gula Darah