KOMPAS.com - Banjir tak hanya melanda Jabodetabek dan sekitarnya. Sejumlah wilayah seperti Semarang, Jombang, Karawang, Malang, Kalimantan Selatan, Kota Manado, hingga Palopo pun ikut terendam banjir.
Menurut pernyataan BMKG, musim hujan periode 2020-2021 ini memang cenderung lebih basah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan, periode ini masuk lima besar sebagai tahun terbasah dalam 40 tahun terakhir.
Berita seputar banjir menjadi bacaan populer Sains edisi Rabu (24/1/2021). Mulai dari prediksi ada tujuh provinsi yang harus waspada potensi banjir, penjelasan tahun ini lebih basah, hingga 5 hal yang harus dilakukan saat banjir.
Selain banjir, berita populer lainnya adalah penjelasan kenapa anak kecil, terutama bayi, suka menangis takut saat berada di rumput. Ini seperti yang terjadi pada anak selebgram Arief Muhammad.
Berikut ulasan berita populer Sains.
1. Daftar wilayah berpotensi cuaca ekstrem dan banjir pekan ini
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/2/2021), menyampaikan bahwa faktor pemicu cuaca ekstrem tersebut adalah puncak musim hujan dan bibit siklon tropis.
Kedua faktor itu berpotensi menimbulkan angin kencang di wilayah perairan dan potensi gelombang tinggi di wilayah laut bagian selatan Jawa hingga Nusa Tenggara.
Ada 24 provinsi yang berpotensi diselimuti cuaca ekstrem, dari Aceh hingga Papua.
Kemudian, berdasarkan analisis terintegrasi dari data BMKG, PUPR dan BIG, juga perlu diwaspadai daerah yang diprediksi berpotensi banjir kategori menengah pada Dasarian III (sepuluh hari ke-3) di bulan Februari 2021. Di antara wilayahnya sebagai berikut. Sebagian kecil Jawa Barat Sebagian Jawa Tengah bagian utara Sebagian kecil Jawa Timur Sebagian kecil Nusa Tenggara Barat Sebagian kecil Sulawesi Tengah Sebagian Sulawesi Selatan Sebagian Papua
Untuk mengetahui daftar lengkap daerah mana saja yang waspada cuaca ekstrem dan banjir bandang pekan ini dapat dibaca di sini:
Wilayah Indonesia yang Berpotensi Cuaca Ekstrem dan Banjir Bandang Pekan Ini
2. Tahun ini lebih basah dari sebelumnya
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG), Supari PhD mengatakan bahwa memang benar musim hujan periode tahun 2020-2021 ini cenderung lebih basah daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Dari analisis umumnya memng tahun 2020 (periode musim hujan 2020-2021) itu kecenderungannya (musim hujan) basah," kata Supari kepada 优游国际.com, Rabu (24/2/2021).
Bahkan menurut Supari, dengan menghitung perbandingan untuk 40 tahun ke belakang yaitu sejak tahun 1981, periode musim hujan 2020-2021 ini masuk dalam 5 besar tahun cenderung basah.
"Jadi kalau kita rangking (secara) nasional begitu, tahun 2020-2021 itu masuk dalam 5 besar tahun terbasah," ujarnya.
Berikut penjelasan lengkap BMKG:
Banjir di Mana-mana, Benarkah Musim Hujan Tahun Ini Lebih Basah?
3. Lakukan 5 hal ini saat banjir melanda
Bagi masyarakat yang berdomisili di daerah rawan bencana banjir dan tidak bisa menghindari kejadian tersebut, maka perlu mengetahui tindakan apa saja yang seharusnya dilakukan saat berada di lokasi banjir, agar tetap terjaga keamanan dan kesehatannya.
Berikut 5 hal yang harus dilakukan agar tetap sehat dan aman di lokasi banjir:
Baca panduan lengkap jaga kesehatan dan keselamatan saat banjir di sini:
Demi Kesehatan dan Keselamatan, Lakukan 5 Hal Ini Saat Banjir Melanda
4. Penyebab bayi tak suka rumput
Melansir dari Fatherly, Selasa (1/10/2019), alasan bayi tidak menyukai rumput ternyata cukup sederhana, yakni rumput dapat menyebabkan bayi mengalami kelebihan sensorik.
Selama beberapa bulan pertama kehidupan, sistem saraf bayi sedang beradaptasi, berkembang dengan cepat untuk mengenali suara, sensasi, dan pemandangan.
Saat bayi belum pernah mengenal rumput dan ditempatkan di atasnya, sistem saraf sensorik mereka otomatis akan terkejut.
Coba bayangkan menjadi bayi yang belum pernah melihat dan merasakan rumput. Ketika kulitnya menyentuh sesuatu yang aneh, menggelitik, kasar, dan sedikit basah, pasti reaksi yang muncul adalah terkejut. Inilah yang dirasakan si kecil.
Selain kelebihan sensorik, bayi juga punya kewaspadaan alami terhadap tumbuhan secara umum.
Menurut sebuah studi yang terbit tahun 2014 di jurnal Cognition, peneliti menemukan bahwa ketika bayi diberikan tanaman, mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk memutuskan mau menyentuh atau tidak jika dibandingkan dengan benda lain.
Hasil ini memperluas literatur yang berkembang yang menunjukkan bahwa bayi sensitif terhadap kemungkinan bahaya yang akan terjadi.
Jadi alasan mengapa bayi menghindari rumput dikarenakan ketidaksukaan alami pada vegetasi dikombinasikan dengan keengganan pada sensorik yang berlebihan dari rumput mungkin menjelaskan mengapa bayi begitu menghindari rumput tersebut.
Baca penjelasan lengkapnya di sini:
Anak Arief Muhammad Menangis karena Rumput, Apa Penyebabnya?
/sains/read/2021/02/25/060000923/-populer-sains-wilayah-yang-berpotensi-banjir-pekan-ini-penyebab-bayi-tak