优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Haruskah Kita Khawatir dengan Aspartam? Ini Kata Penelitian

优游国际.com - 08/05/2025, 18:22 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber

KOMPAS.com - Gula – manis, enak, dan ada di mana-mana. Dari buah segar, madu, hingga makanan dan minuman olahan, gula menyelinap ke hampir semua yang kita konsumsi. Tapi, di balik kenikmatannya, gula membawa risiko kesehatan yang tak bisa diabaikan.

Mengapa Gula Jadi Sorotan?

Gula memang memberikan energi, tapi sayangnya, energi itu datang tanpa nutrisi penting – inilah yang disebut "kalori kosong". Konsumsi berlebih telah lama dikaitkan dengan obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kerusakan gigi. Tak heran, otoritas kesehatan dunia kini mendorong kita untuk mengurangi konsumsi gula.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar asupan gula tambahan tidak melebihi 10% dari total kalori harian. Bahkan jurnal medis BMJ menyarankan lebih rendah lagi: hanya 6 sendok teh (25 gram) per hari untuk perempuan dan 9 sendok teh (38 gram) untuk laki-laki.

Baca juga: Mengurangi Gula Bisa Mengubah Tubuh dalam Hitungan Hari

Solusi Bebas Gula: Aspartam dan Pemanis Buatan Lain

Sebagai gantinya, banyak orang beralih ke pemanis non-nutritif – pengganti gula yang manis tapi rendah atau bahkan nol kalori. Salah satu yang paling populer sekaligus kontroversial adalah aspartam.

Aspartam ditemukan pada 1965 dan dikenal 180 hingga 200 kali lebih manis dari gula. Mulai diizinkan penggunaannya oleh FDA Amerika Serikat pada 1981, aspartam kini hadir di lebih dari 6.000 produk makanan dan minuman serta 600 jenis obat-obatan.

Awalnya, aspartam disambut baik sebagai alat bantu mengurangi obesitas dan mengontrol gula darah bagi penderita diabetes. Namun, hingga kini, keamanan penggunaannya masih jadi bahan perdebatan.

Baca juga: Pemanis Buatan Aspartam, Benarkah Menyebabkan Kanker?

Apa Saja Manfaatnya?

Keunggulan utama aspartam adalah rasa manis yang menyerupai gula, tapi tanpa kalori. Ini menjadikannya pilihan menarik bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan atau menjaga kadar gula darah tetap stabil.

Menurut pakar gizi Hazel Flight dari Edge Hill University, “Aspartam tidak menaikkan kadar glukosa darah, sehingga ideal bagi penderita diabetes tipe 2.”

Namun, studi lain menyarankan agar aspartam tidak dijadikan pengganti langsung gula tanpa kontrol pola makan menyeluruh, karena ada indikasi keterkaitannya dengan sindrom metabolik dan risiko diabetes.

Baca juga:

Potensi Risiko yang Perlu Diwaspadai

Meski umumnya aman dalam batas konsumsi wajar, aspartam tidak bebas risiko. Beberapa orang mengalami efek samping seperti sakit kepala, pusing, perubahan suasana hati, bahkan gangguan tidur dan kecemasan, terutama jika dikonsumsi berlebihan.

Lebih serius lagi, aspartam dapat meningkatkan kadar fenilalanin dan asam aspartat di otak – sangat berbahaya bagi penderita fenilketonuria (PKU), gangguan genetik langka yang membuat tubuh tak mampu mengurai fenilalanin. Akumulasi senyawa ini bisa menyebabkan kerusakan otak, sehingga penderita PKU wajib menghindari aspartam sepenuhnya.

Pada tahun 2023, Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengklasifikasikan aspartam sebagai “mungkin karsinogenik”. Meski belum ada kesimpulan pasti, beberapa studi menunjukkan kemungkinan hubungan dengan kanker.

Selain itu, ibu hamil juga disarankan menghindari aspartam karena beberapa penelitian menunjukkan dampak negatif terhadap fungsi dan struktur plasenta.

Baca juga: Aspartam Masuk Daftar Bahan Makanan yang Mungkin Sebabkan Kanker

Masalah Lain: Nafsu Makan dan Kesehatan Usus

Satu lagi kekhawatiran: pemanis buatan seperti aspartam dapat "menipu" otak. Karena rasa manisnya tidak diiringi kalori, otak bisa menjadi lebih ingin mengonsumsi makanan manis lainnya – berujung pada peningkatan nafsu makan dan berat badan, bukan penurunan.

Penelitian juga mulai menunjukkan bahwa aspartam dapat mengganggu keseimbangan mikrobiota usus – komunitas bakteri penting yang berperan dalam pencernaan, kekebalan tubuh, bahkan suasana hati. Gangguan ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan pencernaan dan kekebalan.

Baca juga:

Manis yang Harus Bijak Digunakan

Aspartam bisa jadi solusi cepat untuk mengurangi konsumsi gula, tapi bukan tanpa risiko. WHO bahkan menyarankan untuk tidak menggunakan pemanis non-gula sebagai cara utama mengontrol berat badan. Sains masih terus menggali keterkaitan kompleks antara aspartam dan berbagai penyakit kronis.

Kutipan bijak dari Hazel Flight bisa menjadi penutup yang pas: “Aspartam mungkin menawarkan solusi bebas gula yang menggoda, namun bukan tanpa risiko.”

Baca juga:

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan.

Terpopuler

1
2
3
4
5
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau