Baru pekan ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan mutasi virus corona baru yang terlihat sejauh ini tidak memengaruhi kemanjuran vaksin yang sedang dikembangkan.
Pekan lalu, WHO juga mengatakan mutasi tidak membuat virus ini lebih menular, serta tidak membuat birus lebih mungkin menyebabkan penyakit serius.
Choe dan timnya menjalankan serangkaian percobaan di cawan laboratorium yang menunjukkan mutasi yang disebut D614G memberi virus lebih banyak protein spike dan membuatnya lebih stabil.
Pada gilirannya membuat virus tersebut lebih mudah masuk ke dalam sel. Hasil penelitian ini telah diunggah di server pracetak, BioRxiv.
Baca juga: Cegah Virus Corona, China Akhirnya Hapus Trenggiling dari Daftar Obat Tradisional
Makalah penelitian itu juga dikirimkan Choe dan timnya ke William Haseltine, seorang ahli virologi, dari perusahaan bioteknologi dan ketua Access Health International.
Haseltine percaya temuan ini dapat menjelaskan penyebaran virus corona penyebab Covid-19 yang begitu mudah terjadi di seluruh Amerika.
Para ilmuwan telah dengan bebas berbagi urutan virus yang, seperti semua virus, bermutasi secara konstan.
Baca juga: Pengembangan Vaksin Perlu Pertimbangkan Dampak Mutasi Virus Corona, Mengapa?
"Suatu saat di pertengahan Januari, ada perubahan yang memungkinkan virus menjadi lebih menular. Artinya itu lebih mematikan. Itu membuatnya sekitar 10 kali lebih menular," kata Haseltine.
Peneliti lain telah menduga ini, sebab, pada bulan April, Bette Korber dari Los Alamos National Laboratory dan timnya telah mempublikasikan hasil penelitian mereka di BioRxiv.
Korber menyebut mutasi D614G sebagai "keprihatinan mendesak" karena sejauh ini menjadi strain yang paling umum menyebar di Eropa dan Amerika Serikat.