优游国际

Baca berita tanpa iklan.

Bisakah Meteor Jatuh Dideteksi dan Diantisipasi dengan Sistem Peringatan Dini?

优游国际.com - 04/02/2021, 18:03 WIB
Ellyvon Pranita,
Holy Kartika Nurwigati Sumartiningtyas

Tim Redaksi

KOMPAS.com- Dalam kurun waktu 5 bulan yaitu sejak Agustus 2020 hingga Januari 2021, ada tiga peristiwa suara dentuman keras yang diakibatkan oleh jatuhnya benda antariksa atau meteor jatuh ke Bumi di wilayah Indonesia.

Ketiga perisitiwa tersebut telah terjadi di Tapanuli Tengah pada pada 1 Agustus 2020, Bali pada 24 Januari 2021 dan Lampung pada 28 Januari 2021.

Kejadian-kejadian tersebut selalu membuat heboh masyarakat setempat dan warganet di sosial media.

Meski seringkali kejadian benda antariksa jatuh berupa meteorit tersebut tidak pernah menimbulkan korban jiwa, tetapi kehebohan tersebut juga memicu berbagai tindakan penyalahgunaan dari beberapa oknum yang ada terhadap batu meteorit tersebut.

Baca juga: Ini Kesamaan dan Beda Meteor Jatuh di Lampung, Bali dan Tapanuli Tengah

 

Lantas, bisakah benda antariksa jatuh, seperti meteor jatuh diantisipasi dengan sistem peringatan dini?

Dalam laman resmi orbit sains Lembaga Penerbangan dan Antariksan Nasional (LAPAN) menuliskan bahwa sampah antariksa secara umum bisa dipantau, sehingga upaya antisipasi bisa dilakukan.

Sampah antariksa adalah benda buatan yang mengitasi Bumi selain satelit yang berfungsi. Sampah ini bisa berupa bekas roket (rocket bodies), serpihan (debris) dan lain-lain.

Namun, akurasi prakiraan titik jatuh secara internasional pun belum bisa dilakukan atau benda dengan kejatuhan yang terkendali.

Baca juga: Peristiwa Meteorit Jatuh tapi Tak Ada Fenomena Hujan Meteor, Kok Bisa?

 

"Biasanya, sehari sebelum benda jatuh sudah dapat diperkirakan apakah suatu daerah geografis (misalnya di Indonesia) aman dari kejatuhan sampah antariksa atau tidak," tulis LAPAN.

Adapun prediksi waktu dan lokasi jatuh yang diberikan di situs orbit.sains.lapan.go.id hanyalah waktu dan lokasi jatuh hingga ketinggian sekitar 120 km yaitu saat benda mengalami atmospheric reentry.

Bukan waktu dan lokasi jatuh benda atau biasanya serpihannya di permukaan.

"Sangat sulit memperkirakan kapan dan di mana serpihan sampah antariksa (atau meteor jatuh) akan menghantam permukaan Bumi," ungkap LAPAN.

Baca juga: Dentuman di Bali, Lapan Menduga Berasal dari Meteor Jatuh

Halaman:


Baca berita tanpa iklan.

Terpopuler

1
2
3
4
5
Baca berita tanpa iklan.
Komentar
Baca berita tanpa iklan.
Close Ads
Penghargaan dan sertifikat:
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi 优游国际.com
Network

Copyright 2008 - 2025 优游国际. All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses 优游国际.com
atau