KOMPAS.com - Di masa lampau, para pelaut dari berbagai penjuru dunia berlayar melintasi lautan luas dengan satu kawan setia: angin pasat.
Tanpa mesin atau navigasi digital, mereka bergantung pada arah tiupan angin yang stabil untuk berdagang antar benua. Dalam bahasa Inggris, angin ini disebut trade winds karena peran vitalnya dalam perdagangan global.
Namun, angin pasat adalah lebih dari sekadar hembusan angin. Ia adalah elemen penting dalam sistem iklim bumi, penggerak arus laut, dan penentu keseimbangan atmosfer.
Mari kita telusuri pengertian, jenis, proses terbentuknya, hingga apa dampak angin pasat bagi Indonesia dalam kehidupan nyata.
Baca juga: 6 Jenis Angin dan Penjelasannya
Angin pasat adalah angin yang bergerak secara konsisten dari timur ke barat di wilayah tropis bumi, yaitu antara 30° lintang utara dan 30° lintang selatan.
Ia mengalir dari sabuk tekanan tinggi subtropis menuju daerah tekanan rendah di sekitar ekuator, tepatnya ke Zona Konvergensi Intertropis (ITCZ).
Karena konsistensinya, angin ini sangat bisa diprediksi dan digunakan untuk navigasi laut sejak zaman dahulu.
Dilansir dari , di atas samudra, angin pasat cenderung lebih kuat daripada di daratan, dengan kecepatan rata-rata 5–6 meter per detik dan bahkan bisa mencapai 13 meter per detik dalam kondisi tertentu.
Pulau-pulau tropis yang berada di jalur angin pasat sering kali memiliki langit cerah atau awan kumulus dangkal, suasana yang ideal untuk pariwisata.
Baca juga: 12 Negara dengan Iklim Subtropis dan Ciri-cirinya
Menurut Datep Purwa Saputra dalam buku Bahan Ajar Meteorologi (2012), angin pasat terbagi menjadi dua jenis utama:
Angin-angin ini bisa ditemui di lima wilayah utama bumi:
Menariknya, Samudra Hindia bagian utara tidak memiliki angin pasat karena wilayah ini tidak mencapai daerah subtropis, zona sumber utama pembentukan angin pasat.
Baca juga: Mengenal Samudra Hindia, Samudra Antartika, dan Samudra Arktik
Proses terbentuknya angin pasat berkaitan erat dengan sirkulasi atmosfer dan rotasi bumi.
Dilansir dari , di sekitar 30° lintang utara dan selatan, udara dingin turun dan menciptakan daerah bertekanan tinggi. Udara ini kemudian mengalir ke arah ekuator, di mana tekanan lebih rendah.
Karena rotasi bumi, terjadi pembelokan arah angin ke kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan, fenomena yang dikenal sebagai Efek Coriolis.
Akibatnya, angin pasat tidak bergerak langsung ke selatan atau utara, melainkan melintang dari timur ke barat.
Saat mencapai sekitar 5° dari khatulistiwa, angin pasat membawa udara hangat dan lembap yang naik ke atmosfer, membentuk awan dan hujan di zona ITCZ. Di sanalah hujan tropis terbentuk dan badai dapat berkembang.
Udara yang sudah naik ini kemudian bergerak ke kutub, mendingin, dan turun kembali, menyempurnakan sirkulasi global dalam sistem Sel Hadley.
Baca juga: Sirkulasi Hadley: Pengertian dan Proses Terjadinya di Atmosfer Bumi
Angin pasat punya peran besar, dari masa lalu hingga masa kini:
Dilansir dari situs resmi , posisi Indonesia yang strategis di kawasan tropis membuatnya sangat dipengaruhi oleh kondisi angin pasat, terutama dalam konteks iklim global seperti El Niño dan La Niña:
Angin pasat bertiup normal dari timur ke barat, menciptakan Sirkulasi Walker. Akibatnya, suhu muka laut di barat Pasifik (termasuk wilayah Indonesia) tetap hangat, mendukung pembentukan awan dan curah hujan normal.
Baca juga: Mengenal Samudra Pasifik: Samudra Terbesar dan Terdalam di Bumi
Angin pasat melemah atau berbalik arah. Akibatnya, air laut hangat bergeser ke timur, menjauh dari Indonesia. Ini mengurangi pembentukan awan dan menyebabkan kekeringan di banyak wilayah Indonesia.
Angin pasat menguat, mendorong air hangat lebih banyak ke barat. Hal ini menyebabkan peningkatan curah hujan di Indonesia, dengan potensi banjir, suhu lebih rendah di siang hari, dan badai tropis lebih sering.
Kondisi ini memengaruhi pertanian, ketersediaan air, hingga bencana alam. Maka memahami angin pasat sangat penting dalam perencanaan iklim dan mitigasi risiko di Indonesia.
Baca juga: 3 Bedanya El Nino dan La Nina, Apa Saja?
Meski sering terdengar bersama, angin pasat dan anti pasat memiliki perbedaan signifikan:
Angin Pasat | Angin Anti Pasat (Westerlies) |
Bertiup dari subtropis ke ekuator | Bertiup dari subtropis ke daerah sub-polar |
Arah: timur ke barat | Arah: barat ke timur |
Terdapat di zona tropis (Sel Hadley) | Terdapat di lintang sedang (Sel Ferrel) |
Udara hangat dan lembap, menyebabkan hujan | Udara campuran, menyebabkan huja di pantai barat benua |
Stabil dan konstan | Lebih variatif dan dinamis |
Secara garis besar, angin pasat membentuk sirkulasi tropis, sedangkan angin anti pasat (atau westerlies) memengaruhi cuaca di daerah lintang sedang.
Baca juga: Sel Ferrel: Pengertian dan Proses Terjadinya di Atmosfer Bumi
Sehingga, angin pasat adalah bagian tak terpisahkan dari sistem bumi. Ia bukan hanya membantu pelaut zaman dahulu, tetapi juga membentuk cuaca, iklim, dan kehidupan di zona tropis hingga hari ini.
Di Indonesia, angin ini bisa menjadi berkah atau tantangan seperti membawa hujan atau kekeringan, tergantung pada dinamika atmosfer global.
Dengan memahami angin pasat, kita bisa membaca cuaca, merencanakan pertanian, bahkan mengantisipasi bencana.
Jadi, lain kali saat angin bertiup dari timur, ingatlah bahwa mungkin itu adalah angin pasat, sang penjelajah langit yang telah menulis sejarah manusia dan terus membentuk dunia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita 优游国际.com WhatsApp Channel : . Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.