KOMPAS.com - Pasangan bakal calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mengusung program makan siang dan susu gratis bagi siswa sekolah.
Ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan sumber daya manusia (SDM) unggul Indonesia pada 2045.
Program tersebut sebelumnya juga kerap disampaikan Prabowo dalam berbagai kesempatan, termasuk ketika menghadiri acara Konsolidasi Pemenangan Partai Bulan Bintang (PBB) di Padang, Sumatera Barat pada 10 September 2023.
Dalam sambutannya, Prabowo mengaku bahwa program ini telah dihitung secara matang oleh tim pakar ekonomi.
Meski menyedot anggaran besar, Ketua Umum Partai Gerindra ini menganggap bukan hal mustahil untuk merealisasikan program makan siang dan susu gratis bagi siswa.
"Nanti akan ada yang tanya apakah bisa? 'Oh mana bisa? Dari mana?' Eh, saudara-saudara, kita sudah hitung matematika, sumber-sumbernya bisa, asalkan mau. Mau enggak berpihak kepada rakyat?" kata Prabowo, dikutip dari pemberitaan , Senin (27/10/2023).
Lantas, apakah program ini bisa terlaksana dengan baik?
Baca juga: Pekan Lalu Jadi Jurkam Ganjar-Mahfud, Bobby Nasution Kini Berpaling ke Barisan Prabowo-Gibran
Pengamat komunikasi politik Universistas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan, program makan siang dan susu gratis ini perlu diapresiasi.
Pasalnya, program kerja tersebut memiliki tujuan untuk mensejahterakan masyarakat, serta menambah gizi dan makanan.
Emrus berpendapat, program ini akan lebih baik jika diberikan kepada masyarakat yang berhak dan membutuhkan.
“Misalnya, makan siang gratis bisa diberikan pada seseorang dengan ekonomi yang belum stabil atau masyarakat dengan ekonomi kelas bawah. Tidak mungkin kelas menengah atas yang mendapatkan program makan siang dan susu gratis,” kata Emrus kepada ÓÅÓιú¼Ê.com, Selasa (31/10/2023).
Karenanya, Emrus menilai bahwa pemberian makan siang dan susu gratis ini bisa terealisasikan apabila sudah memiliki target terperinci.
Baca juga:
Tak hanya itu, program tersebut juga harus dibagikan secara merata di seluruh Indonesia dan tidak berfokus di kota besar.
Namun, upaya realisasi program itu terlebih dahulu harus menentukan data, lokasi, tempat, jumlah, serta peta sebaran masyarakat Indonesia yang butuh makan siang dan susu gratis.
“Untuk sumber pembiayaan, pemimpin harus mengemukakan sumber-sumber pembiayaan yang kreatif. Perlu ditentukan pula siapa yang akan memasak makan siang tersebut dan apakah tunjangan makan siang berbentuk uang tunai atau makanan matang,” jelas dia.