KOMPAS.com - Ratusan pelari di ajang Jakarta Running Festival atau JRF 2024 dilarikan ke tenda darurat medis akibat mengalami kram, kelelahan, hingga heat stroke.
Acara Jakarta Running Festival (JRF) 2024 yang diikuti 16.000 pelari itu digelar di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, Kamis (10/10/2024) hingga Minggu (13/10/2024).
Dokter Spesialis Kesehatan Olahraga sekaligus Direktur Medis JRF 2024 Antonius Andi Kurniawan mengatakan, total ada 280 pelari yang mengunjungi tenda medis pada Sabtu (12/10/2024) dan Minggu (13/10/2024).
"Total kunjungan tenda medis di hari sabtu itu ada 50 pelari. Kalau di hari Minggu sampai sekitar 230 pelari," kata Andi, saat dihubungi ÓÅÓιú¼Ê.com, Rabu (16/10/2024).
Andi mengatakan, ratusan pelari itu datang membawa keluhan medis masing-masing, mulai dari kram, dehidrasi, kelelahan, hingga heat stroke.
Lima orang pelari bahkan harus dibawa ke Rumah Sakit Siloam Hospital menggunakan ambulance yang berjaga untuk mendapat penanganan lanjutan karena mengalami heat stroke.
"Yang dilarikan ke rumah sakit itu ada 5 karena heat stroke semua," ucap Andi.
Baca juga: Tips Recovery Setelah Lari Maraton, Apa Saja yang Perlu Dilakukan?
Andi menjelaskan, dari 50 pelari yang mengunjungi tenda medis pada Sabtu (12/10/2024), ada 5 pasien yang dinyatakan mengalami cedera ringan hingga berat.
Dalam dunia medis, hal itu dikategorikan dalam triase kuning (ringan) dan merah (berat). Sementara 3 orang dikategorikan ke dalam triase kuning, sedangkan 2 orang masuk ke dalam triase merah.
Sementara pada Minggu (13/10/2024), jumlahnya lebih banyak lagi, yaitu sekitar 34 pelari dengan perincian 14 pelari termasuk triase kuning dan 20 pelari mengalami triase merah.
"Pasien tersebut sebagian besar mengalami heat stroke dan heat exhaustion atau kelelahan karena panas," kata Andi.
Menurutnya, ada berbagai faktor yang menyebabkan pelari mengalami heat stroke dan heat exhaustion, baik dari faktor internal (tubuh) dan eksternal (lingkungan).
"Penyebabnya kalau dari lingkungan itu karena cuaca panas atau kelembapan yang tinggi. Faktor lainnya adalah dari internal atau tubuh pelari di mana pelari terlalu memaksakan tubuh dan tidak menghiraukan sinyal-sinyal tubuhnya," kata Andi.
Ia mengatakan, pada acara JRF 2024, banyak pelari yang abai terhadap kemampuan tubuhnya sehingga pingsan dan tak sadarkan diri karena kelelahan.
Beberapa pelari, kata Andi, mengacuhkan peringatan heart rate yang ada di stopwatch masing-masing. Selain itu mereka juga tidak berhenti untuk minum ketika berada di water station dengan alasan mengejar waktu.
"Indonesia ini negara tropis ya. Jadi kalau saya menjadi medical director di event lari itu banyak yang heat stroke," kata Andi.
Andi mengaku berkali-kali mengingatkan kepada peserta marathon untuk berlari sesuai dengan kondisi dan kemampuan tubuhnya.
"Mereka (pelari) mengejar personal base, tapi kenapa mengejar personal base-nya sampai mengabaikan sinyal-sinyal tubuh dan akhirnya hampir merebut nyawa," keluh Andi.
Ia mengimbau kepada pelari untuk lebih sadar dan mendengarkan sinyal-sinyal tubuh pada saat berlari.
"Intinya pelari itu harus mendengarkan mendengarkan tubuh mereka. Listen to the body and know your limit supaya benar-benar tidak terjadi drop dan tidak sampai kolaps," kata Andi.
Ahli fisiologi olahraga di Boston dan pelatih lari USATF Joe McConkey mengatakan, tanda-tanda seseorang terlalu banyak berlari adalah penurunan energi.
Selain itu, dekat jantung pada saat istirahat juga akan terus meningkat ketika Anda terlalu banyak berlari, performa lari juga semakin menurun dari biasanya.
Jangan lupa untuk memperhatikan otot-otot tubuh yang bisa menjadi tanda Anda terlalu banyak berlari.
“Cara sederhana untuk memeriksa apakah Anda terlalu banyak berlari adalah dengan memantau kelenturan otot Anda,” kata McConkey, dilansir dari Runners World.
Ia mencontohkan, ketika Anda melakukan foam roll dan ada nyeri otot atau rasa sakit di seluruh kaki, hal itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh terlalu banyak berlari.
Dilansir dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, heat stroke adalah kondisi kegawatdaruratan yang ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh mencapai lebih dari 40 derajat Celcius dan adanya gangguan pada sistem saraf.
Pada kasus yang lebih berat heat stroke bisa menyebabkan kejang dan koma.
Berikut tanda-tanda seseorang mengalami heat stroke:
Pada kasus heat stroke yang dapat mengancam jiwa, tanda-tandanya adalah terjadi proses perdarahan, seperti mimisan, pendarahan dari pembuluh vena, luka memar, bengkak paru dan adanya tanda-tanda dari gagal ginjal akut.
Baca juga: 7 Tips Memulai Lari untuk Pemula agar Konsisten dan Tidak Cepat Bosan