KOMPAS.com - Kementerian Kebudayaan bakal mengusulkan rendang menjadi warisan dunia United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada 2025.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Undri.
Rendang merupakan kuliner berbahan daging khas Minang, Sumbar yang mudah ditemui di berbagai restoran nusantara dan rumah makan Padang.
"Kita sedang menyiapkan rendang sebagai warisan dunia kepada UNESCO," ujar dia dikutip dari , Kamis (21/11/2024).
Baca juga: Kenapa Banyak Orang Suka Makan Makanan Pedas?
Menurutnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar saat ini sedang menyiapkan bahan atau materi yang diperlukan sebelum diajukan kembali ke Kementerian Kebudayaan.
Apabila dinyatakan lengkap, Kementerian Koordinator bidang Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan akan melakukan proses telaah sebelum diajukan ke UNESCO.
Ia menambahkan, Pemprov Sumbar sebenarnya telah mengusulkan sejumlah berkas untuk proses pengajuan ini pada 2023.
"Sebetulnya 2023 sudah diusulkan, namun beberapa bahannya terutama naskah tentang sejarah rendang masih perlu dilengkapi untuk disempurnakan," ucap Undri.
Selain naskah sejarah, Pemprov Sumbar juga sedang mendata berbagai komunitas di Ranah Minang yang fokus pada pelestarian rendang.
Baca juga: Cara Membersihkan Noda Lengket di Wajan Sisa Memasak Rendang
Masyarakat Minangkabau lebih sering menyebut rendang dengan kata “randang”.
Kata “randang” sendiri berasal dari kata “marandang” yang berarti memasak santan sampai kering.
Hal ini merujuk pada rendang yang perlu dimasak dalam waktu lama hingga kuah bumbunya mengering karena meresap ke dalam daging.
Kendati demikian, ada beberapa versi sejarah dan asal-usul rendang.
Dikutip dari (21/8/2024), sejarawan Muhammad Nur menuturkan, rendang telah ada di dalam sejarah lisan antara abad ke-4 dan ke-10.
Sementara, versi kedua dikemukakan oleh sejarawan Nurmatias yang berasumsi bahwa rendang telah menjadi bagian dari penyebaran agama Islam di Sumatera Barat oleh Syekh Burhanuddin pada abad ke-17.
Baca juga: Rendang dan Opor Tak Boleh Sering Dipanaskan karena Tingkatkan Kolesterol, Berapa Kali Maksimalnya?